Selasa, 24 April 2012

PROSEDUR KONSELING REALITAS


Untuk mencapai tujuan-tujuan konseling itu, ada prosedur yang harus diperhatikan oleh konselor realitas. Prosedur konseling realitas ada delapan sebagai berikut.

Berfokus Pada Personal
Prosedur utama adalah mengkomunikasikan perhatian konselor kepada klien. Perhatian itu ditandai oleh hubungan hangat dan pemahamannya ini merupakan kunci keberhasilan konseling. Glasser beranggapan perlunya keterlibatan (involvement) yang maknanya sama dengan empati dalam pengertian yang dikemukakan Rogers. Keterlibatan yang dicapai konselor dapat menjadi fungsi kebebasan, tanggung jawab dan otonomi pada klien.

Berfokus Pada Perilaku
Konseling realitas berfokus pada perilaku tidak pada perasaan dan sikap. Hal ini menurut Glasser karena perilaku dapat diubah dan dapat dengan mudah dikendalikan jika dibandingkan dengan perasaan atau sikap. Konselor dapat meminta klien untuk “merasa yang lebih baik”. Melakukan yang lebih baik pada akhinya akan dapat merasakan yang lebih baik. Antara perasaan (feeling) dengan perilaku pada dasarnya memiliki hubungan.

Berfokus Pada Saat Ini
Konseling realitas memandang tidak perlu melihat masa lau klien. Masa lalu tidak dapat diubah dan membuat klien tidak bertanggung jawab terhadap pengalaman-pengalaman yang irrasional di masa lalunya, hal ini sejalan dengan tujuan konseling Glasser ada tiga tahap, yaitu membantu klien (1) melihat perilakunya (yang terakhir) adalah yang tidak realistik (2) menolak perilaku klien yang tidak bertanggung jawab (3) mengajarkan cara yang terbaik menemukan kebutuhan dalam dunia riil.

Pertimbangan Nilai
Konseling realitas menganggap pentingnya melakukan pertimbangan nilai. Klien perlua menilai kualitasperilakunya sendiri apakah perilakunya itu bertanggung jawab, rasional, realitas dan benar atau justru sebaliknya. Penilaian perilakunya oleh diri klien akan membantu kesadarannya tentang dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif atau mencapai keberhasilan.

Pentingnya Perencanaan
Kesadaran klien tentang perilakunya yang tidak bertanggung jawab harus dilanjutkan dengan perencanaan untuk mengubahnya menjadi perilaku yang bertanggung jawab. Konseling realitas beranggapan konseling harus mampu menyusun rencana-rencana yang realistik memiliki identitas keberhasilan. Untuk mencapai hal ini konselor bertugas membantu klien untuk memperoleh pengalaman berhasil pada tingkat-tingkat yang sulit secara progresif.

Komitmen
Perencanaan saja tidak cukup. Perencanaan tidak akan mampu mengubah keadaan perilaku yang tidak bertanggung jawab. Klien harus memiliki komitmen atau keterikatan untuk melaksanakan rencana itu. Komitmen ditunjukkan dengan ketersediaan klien sekaligus secara riil melakukan apa yang direncanakan. Konselor terus meyakinkanklien bahwa kepuasan atau kebahagiaannya sangat ditentukan oleh komitmen pelaksanaan rencana-rencananya.

Tidak Menerima Dalih
Adakalanya rencana yang telah disusun dan telah ada komitmen klien untuk melaksanakan, tetapi tidak dapat dilaksanakan atau mengalami kegagalan. Ketika klien melaporkan alasan-alasan kegagalan ini, sebaliknya konselor menolak menerima alasan-alasan kegagalan ini, sebaliknya konselor menolak menerima dalih atau alasan-alasan yang dikemukakan klien. Justru saat itu konselor perlu membuat rencana dan membuat komitmen baru untuk melasanakan upaya lebih lanjut. Konselor tidak perlu menanyakan alasan-alasan mengapa tidak dilaksanakan atau mengapa kegagalan itu terjadi. Yang lebih penting bagi konselor adalah mena-nyakan apa rencana lebih lanjut dan kapan mulai melaksanannya.

Menghilangkan Hukuman
Hukuman harus ditiadakan. Konseling realitas tidak memperlakukan hukuman sebagai teknik pengubah perilaku. Hukuman menurut Glasser tidak efektif dan judtru memperburuk hubungan konseling. Hukuman yang biasanya dilakukan dengan kata-kata yang mencela dan menyakitkan hati klien harus dihilangkan, setidaknya dalam hubungan konseling. Glasser menganjurkan agar klien tidak dihukum dalam bentuk apa pun dan dibiarkan belajar mendapatkan konsekuensi secara wajar dari perilakunya sendiri.

Peranan Konselor
Konseling realitas didasarkan pada antisipasi bahwa klien menganggap sebagai orang yang bertanggung jawab ini akan membantu klien untuk mencapainya sendiri. Konslor dapat memberikan dorongan, dengan jalan memuji klien ketikan melakukannya jika klien tidak melakukannya.

Munculnya pendekatan sangat dipengaruhi oleh pengalaman Glasser yang bekerja di sekolah anak-anak wanita di Amerika. Glasser menaruh perhatian mengenai cara belajar klien dan masalah-masalah perilaku sambil dia bekerja dengan anak-anak yang memiliki penyimpanan perilaku, yaitu di Ventura Shool for Girls of California Youth Authority. Dia selalu mencatat sejarah umum kegagalan dan kesalahans sekolah anak wanita itu, selama mendapatkan kepercayaan untuk menjadi konsultan sekolah itu. Glasser kemudian mengembangkan konsep konseling untuk memecahkan masalah para siswanya, yang kemudian dijelaskan dalam bukunya Reality Therapy.

Glasser berkeyakinan bahwa pendidikan dapat menjadi kunci yang efektif bagi hubungan kemanusiaan, dan dalam bukunya School without Failure, dia menyusun sebuah program untuk membatasi kesalahan dan kegagalan, dengan memasukkannya ke dalam kurikulum yang relevan mengganti sistem disiplin hukuman, menciptakan pengalaman belajar, sehingga siswa dapat memaksimalkan pengalamannya menjadi berhasil, membuat motivasi dan tantangan, membantu siswa mengembangkan perilaku yang bertanggung jawab, dan menetapkan cara melibatkan orangtua dan masyarakat dalam kegiatan sekolah yang relevan.

Singkatnya pendekatan reality therapy adalah aktif, membimbing, mendidik dari terapi yang berorientasi pada cognitive behavioral. Konseling dapat diakhiri. Pendekatannya dapat menggunakan “ mendorong” atau “menantang”. Jadi pertanyaan “what”dan “how” yang digunakan sedangkan “why” tidak digunakan/ hal ini sangat penting untuk membuat rencana terus sehingga klien dapat memperbaiki perilakunya.


Sumber: Buku PSIKOLOGI KONSELING, Edisi Ketiga. Latipun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar