Untuk mencapai tujuan-tujuan konseling itu, ada prosedur yang harus diperhatikan oleh konselor realitas.
Prosedur konseling realitas ada delapan sebagai berikut.
Berfokus Pada Personal
Prosedur utama adalah
mengkomunikasikan perhatian konselor kepada klien. Perhatian itu ditandai oleh
hubungan hangat dan pemahamannya ini merupakan kunci keberhasilan konseling.
Glasser beranggapan perlunya keterlibatan (involvement)
yang maknanya sama dengan empati dalam pengertian yang dikemukakan Rogers.
Keterlibatan yang dicapai konselor dapat menjadi fungsi kebebasan, tanggung
jawab dan otonomi pada klien.
Berfokus Pada Perilaku
Konseling realitas berfokus pada
perilaku tidak pada perasaan dan sikap. Hal ini menurut Glasser karena perilaku
dapat diubah dan dapat dengan mudah dikendalikan jika dibandingkan dengan perasaan atau sikap. Konselor dapat meminta klien untuk “merasa yang lebih
baik”. Melakukan yang lebih baik pada akhinya akan dapat merasakan yang lebih
baik. Antara perasaan (feeling)
dengan perilaku pada dasarnya memiliki hubungan.
Berfokus Pada Saat Ini
Konseling realitas memandang
tidak perlu melihat masa lau klien. Masa lalu tidak dapat diubah dan membuat
klien tidak bertanggung jawab terhadap pengalaman-pengalaman yang irrasional di
masa lalunya, hal ini sejalan dengan tujuan konseling Glasser ada tiga tahap,
yaitu membantu klien (1) melihat perilakunya (yang terakhir) adalah yang tidak
realistik (2) menolak perilaku klien yang tidak bertanggung jawab (3)
mengajarkan cara yang terbaik menemukan kebutuhan dalam dunia riil.
Pertimbangan Nilai
Konseling realitas menganggap
pentingnya melakukan pertimbangan nilai. Klien perlua menilai kualitasperilakunya sendiri apakah perilakunya itu bertanggung jawab, rasional,
realitas dan benar atau justru sebaliknya. Penilaian perilakunya oleh diri
klien akan membantu kesadarannya tentang dirinya untuk melakukan hal-hal yang
positif atau mencapai keberhasilan.
Pentingnya Perencanaan
Kesadaran klien tentang
perilakunya yang tidak bertanggung jawab harus dilanjutkan dengan perencanaan
untuk mengubahnya menjadi perilaku yang bertanggung jawab. Konseling realitas
beranggapan konseling harus mampu menyusun rencana-rencana yang realistik
memiliki identitas keberhasilan. Untuk mencapai hal ini konselor bertugas
membantu klien untuk memperoleh pengalaman berhasil pada tingkat-tingkat yang
sulit secara progresif.
Komitmen
Perencanaan saja tidak cukup.
Perencanaan tidak akan mampu mengubah keadaan perilaku yang tidak bertanggung
jawab. Klien harus memiliki komitmen atau keterikatan untuk melaksanakan
rencana itu. Komitmen ditunjukkan dengan ketersediaan klien sekaligus secara
riil melakukan apa yang direncanakan. Konselor terus meyakinkanklien bahwa
kepuasan atau kebahagiaannya sangat ditentukan oleh komitmen pelaksanaan
rencana-rencananya.
Tidak Menerima Dalih
Adakalanya rencana yang telah
disusun dan telah ada komitmen klien untuk melaksanakan, tetapi tidak dapat
dilaksanakan atau mengalami kegagalan. Ketika klien melaporkan alasan-alasan
kegagalan ini, sebaliknya konselor menolak menerima alasan-alasan kegagalan
ini, sebaliknya konselor menolak menerima dalih atau alasan-alasan yang
dikemukakan klien. Justru saat itu konselor perlu membuat rencana dan membuat
komitmen baru untuk melasanakan upaya lebih lanjut. Konselor tidak perlu
menanyakan alasan-alasan mengapa tidak dilaksanakan atau mengapa kegagalan itu
terjadi. Yang lebih penting bagi konselor adalah mena-nyakan apa rencana lebih
lanjut dan kapan mulai melaksanannya.
Menghilangkan Hukuman
Hukuman harus ditiadakan.
Konseling realitas tidak memperlakukan hukuman sebagai teknik pengubah
perilaku. Hukuman menurut Glasser tidak efektif dan judtru memperburuk hubungan
konseling. Hukuman yang biasanya dilakukan dengan kata-kata yang mencela dan
menyakitkan hati klien harus dihilangkan, setidaknya dalam hubungan konseling.
Glasser menganjurkan agar klien tidak dihukum dalam bentuk apa pun dan
dibiarkan belajar mendapatkan konsekuensi secara wajar dari perilakunya
sendiri.
Peranan Konselor
Konseling realitas didasarkan
pada antisipasi bahwa klien menganggap sebagai orang yang bertanggung jawab ini
akan membantu klien untuk mencapainya sendiri. Konslor dapat memberikan
dorongan, dengan jalan memuji klien ketikan melakukannya jika klien tidak
melakukannya.
Munculnya pendekatan sangat
dipengaruhi oleh pengalaman Glasser yang bekerja di sekolah anak-anak wanita di
Amerika. Glasser menaruh perhatian mengenai cara belajar klien dan
masalah-masalah perilaku sambil dia bekerja dengan anak-anak yang memiliki
penyimpanan perilaku, yaitu di Ventura
Shool for Girls of California Youth Authority. Dia selalu mencatat sejarah
umum kegagalan dan kesalahans sekolah anak wanita itu, selama mendapatkan
kepercayaan untuk menjadi konsultan sekolah itu. Glasser kemudian mengembangkan
konsep konseling untuk memecahkan masalah para siswanya, yang kemudian
dijelaskan dalam bukunya Reality Therapy.
Glasser berkeyakinan bahwa
pendidikan dapat menjadi kunci yang efektif bagi hubungan kemanusiaan, dan
dalam bukunya School without Failure,
dia menyusun sebuah program untuk membatasi kesalahan dan kegagalan, dengan
memasukkannya ke dalam kurikulum yang relevan mengganti sistem disiplin
hukuman, menciptakan pengalaman belajar, sehingga siswa dapat memaksimalkan
pengalamannya menjadi berhasil, membuat motivasi dan tantangan, membantu siswa
mengembangkan perilaku yang bertanggung jawab, dan menetapkan cara melibatkan
orangtua dan masyarakat dalam kegiatan sekolah yang relevan.
Singkatnya pendekatan reality therapy adalah aktif,
membimbing, mendidik dari terapi yang berorientasi pada cognitive behavioral. Konseling dapat diakhiri. Pendekatannya dapat
menggunakan “ mendorong” atau “menantang”. Jadi pertanyaan “what”dan “how” yang digunakan sedangkan “why”
tidak digunakan/ hal ini sangat penting untuk membuat rencana terus sehingga
klien dapat memperbaiki perilakunya.
Sumber: Buku PSIKOLOGI
KONSELING, Edisi Ketiga. Latipun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar