Kumpulan Materi - Perspektif teori yang dikemukakan oleh Barker dalam Bell, adalah efek yang spesifik dari lingkugan pada perilaku. Dalam teori psikologi ekologi mengkaji hubungan antara lingkungan dengan tingkah laku adalah secara ekologis saling tergantung. Fokus kajian Barker dalam hal ini adalah pengaruh seting perilaku pada tingkah laku banyak orang, yang disebut sebagai extra – individual behavior pattern. Aspek yang unik dalam pendekatan Barker adalah bahwa seting perilaku berada dalamnya. Di mana hal ini tidak dibahas dalam ilmu sosial, walapun secara fisik terjadi. Untuk memahaminya, adalah bagaimana seting perilaku berfungsi.
Sejumlah perilaku dapat teradi dalam suatu ruang yang memiliki empat dinding, atap dan lantai. Perilaku manusia berinteraksi dengan lingkungan fisk yang berada dalam tiga dimensi ruang. Stimulus lingkungan merupakan objek yang terdapat di lingkungan. Manusia dalam berinteraksi antara lingkungan dengan obejk yang terdapat di lingkungan akan melakukan adjustment secara timbale balik antara individu, lingkungan sosial dan lingkungan fisik.
Apakah yang ada dalam kognitif manusia dalam menghadapi lingkungan? Manusia akan mempersepsikan lingkungannya atau objeknya dengan memberikan makna tertentu. Pemaknaan terhadap lingkungan tersebut dipengaruhi oleh dua faktor determinan dalam persepsi, yaitu:
- Faktor struktural yang terdiri dari objek distal yang membentuk objek proximal dan kemudian mendistribusikan sinyal di syaraf pengindraan ke system jaringan saraf pusat.
- Faktor fungsional yang merupakan faktor – faktor psikologi yang akan memberikan arti, di mana dalam hal ini antara lain berfungsi pula seperti misalnya emosi, suasana hati, kecerdasan, pengalaman masa lalu, dan sebagainya, sebagaimana dijelaskan pada bab II.
Ketika kita mempersepsi objek yang berada di lingkugan, objek tersebut tidak mengalami perubahan. Tetapi dalam proses pemaknaan tersebut, benda tersebut mempunyai makna tertentu. Sebagai ilustrasi, ketika seorang murid memasuki bahwa seting kelas akan mengarahkan tingkah lakunya untuk menuju ke tempat duduknya atau bangku yang seharusnya diduduki oleh murid. Murid tidak memaknakan tempat duduk guru sebagai tempat duduknya, sehingga ia tidak akan duduk di kursi guru.
Sumber: PSIKOLOGI LINGKUNGAN Teori dan Konsep. Prof. Dr. Tb. Zulrizka Iskanda, S. Psi., M. Sc. (Hal 43 – 43)
0 komentar:
Posting Komentar