BADAK JAWA DAN BADAK SUMATRA - Kumpulan Materi
Breaking News
Loading...
Selasa, 07 Februari 2012

BADAK JAWA DAN BADAK SUMATRA

07.00
Dua spesies badak Afrika, yaitu badak putih (ceratotherium simum) dan badak hitam (Diceros bicornis) sudah dangat dikenal. Sebaliknya, tiga spesies badak asia, yaitu badak india (Rhinoceros unicornis), badak jawa (Rhinoceros sondaicus), dan badak sumatra (Dicerorhinus sumatrensis) kurang dikenal. Hal ini mungkin terjadi karena badak afrika sering berada di daratan terbuka sehingga mudah dilihat dan difoto. Berbeda dengan badak asia yang kurang agresif, pemalu, dan lebih senang berlindung di kerimbunan pohon tropis sehingga jarang terlihat. Kedua spesies badak yang ada di indonesia, badak jawa dan badak sumatra, merupakan hewan yang dilindungi.

Ciri-ciri Badak Jawa dan Badak Sumatra

Badak jawa berukuran panjang 305-320 cm. Kulit berwarna abu-abu gelap dan berlipat-lipat. Kulit badak ini tidak mempunyai rambut. Badak jawa bercula satu. Pada badak betina, cula tidak jelas sehingga tampak seperti tidak bercula.

Badak sumatra merupakan badak terkecil di dunia. Tingginya sekitar 100-130 cm, panjang 250-280 cm, dan berat 800-1000 kg. Kulit badak sumatra tidak mempunyai lipatan yang jelas. Badak sumatra bercula-cula, tetapi seringkali cula kedua tidak begitu jelas dan hanya seperti benjolan. Kulit badak sumatra mempunyai rambut.

Kedua spesies tersebut merupakan hewan pemakan tumbuhan. Mereka memakan lebih dari 100 spesies tanaman dari 61 famili tanaman. Untuk hidupnya, badak memerlukan daerah yang luas, sekitar 100 km0 per badak. Urin dan butiran kotoran berguna untuk menandai daerah kekuasaannya dan kehadirannya.

Habitat Badak Jawa dan Badak Sumatra
Badak jawa dan badak sumatra merupakan hewan langka di dunia. Hal tersebut ditetapkan oleh WWF(World Wide Fund for Nature) dan IUCN (International Union for the Conservation of Nature and Nature Resources). Hewan tersebut juga dilindungi oleh pemerintahan Indonesia.

Saat ini hanya ada 800 badak sumatra di dunia, dan sekitara 700 dari jumlah tersebut ada di sumatra, terutama di Taman Nasional Kelinci – Seblat dan Taman Nasional Gunung Leuser.

Jumlah badak jawa hanya sekitar 60 ekor di Taman Nasional Ujung Kulon, Jawa Barat. Pemusatan hewan di satu tempat seperti ini dapat berbahaya jika terjadi bencana alam seperti letusan gunung berapi, kelaparan, perburuan oleh manusia, dan penyakit. Sebagai contoh adalah terjadinya kematian misterius 5 ekor badak jawa di Ujung Kulon pada tahun 1982 yang diduga akibat infeksi sejenis antrax yang biasanya menyerang ternak.











Hal-hal yang dapat menyebabkan kepunahan badak
Badak diburu secara ilegal terutama untuk diambil culanya. Culanya dipercaya banyak orang dapat menyembuhkan demam dan menambah kekuatan. Sebenarnya cula badak tersusun atas keratin, sama seperti bahan penyusun kuku dan rambut manusia.

Badak mempunyai pola perjalanan yang sama. Dengan kata lain, badak selalu melalui jalan yang sama untuk menuju suatu tempat. Hal itu memudahkan pemburu untuk membuat perangkap untuk menangkapnya, kemudian membunuhnya.

Badak juga terancam punah karena habitatnya rusak oleh pembabatan hutan untuk pertanian, industri, dan tempat tinggal manusia. Keadaan ini menyebabkan badak menyingkir ke hutan yang lebih tinggi. Padahal sebenarnya badak lebih menyukai hutan lebat di daratan rendah yang berlumpur. Kubangan lumpur diperlukan untuk melindungi kulitnya dari parasit dan pecah-pecah. Kerusakan habitat menyebabkan badak hidup terisolasi sehingga menghambat perkembanganbiakannya.

Usaha-usaha Melestarikan Badak

Pada tahun 1747, badak jawa di Pulau Jawa sangat banya. Mereka merusak tanah pertanian sehingga pemerintah pada saat itu membayar 10 crown untuk setiap badak yang dibunuh. Perintah tersebut dikeluarkan pada tahun 1747 dan ditarik 2 tahun kemudian setelah 500 badak terbunuh.

Pada abad 19, badak jawa masih banya terdapa di Jawa Tengah dan Jawa Barat. Pemrintah telah melindungi badak jawa sejak tahun 1908. Meskipun demikian perburuan badak terus berlangsung. Dari tahun 1929-1967 sekitar 42 badak mati akibat diburu manusia.

Sejak tahun 1967, pemerintah Indonesia bekerja sama dengan WWFdan IUCN melindungi badak di Ujung Kulon. Pada saat itu jumlah badak hanya 28 ekor, berkat kerja sama tersebut jumlah badak meningkat menjadi lebih sekitar 54 ekor di tahun 1980.

Tahun 1985 dimulai usaha mengembangbiakkan badak sumatra secara exsitu(diluar habitat aslinya), usaha tersebut dilakukan oleh pemerintahan Indonesia bekerja sama dengan kelompok kebun binatang di inggris dan Amerika. Dalam usaha in sekitar 11 badak telah di bawa keluar dari Sumatra dan ditempatkan dikebun binatang Indonesia dan luar negeri untuk dikembangbiakkan. Akan tetapi usaha tersebut kurang berhasil sehingga badak-badak tersebut dilepas kembali untuk dibiakkan di hutan habitat aslinya.

Badak semuatra mempunyai masa kehamilan 16 bulan dengan jarak kelahiran 2 tahun. Kehamilan badak jawa sekitar 14 – 19 bulan dengan jarak kelahiran 4 tahun. Dan setiap kali melahirkan hanya satu satu anak. Dengan demikian badak merupakan hewan yang bereproduksi denga lambat. 



Sumber: Buku  Biologi. Sumarwan. Sumartini, Kusmayadi.

12 komentar:

Popular Posts

 
Toggle Footer