Pada awal keuniversalan teori psikologi yang berasal dari Barat banyak mendapat kritik dari para antropolog yang melakukan penelitian di berbagai kebudayaan non-Barat. Salah satu contoh klasik dari kritik ini adalah kritik Malonowski terhadap teori oedipus complex dari Freud yang pada waktu itu dianggap berlaku universal. Malinowski menemukan bahwa anak laki-laki remaja di Kepulauan Trobriand, Papua Niugini, memiliki rasa benci terhadap paman laki-laki dari pihak ibu dan bukan terhadap ayah mereka seperti yang ditemukan Freud di Wina. Berdasarkan temuannya ini, Malinowski mengatakan bahwa rasa benci anak laki-laki remaja di Wina kepada ayah mereka bukan disebabkan persaingan untuk memperoleh cinta ibu (oedipus complex) tetapi karena ayah adalah penegak disiplin seperti halnya seorang paman adalah penegak disiplin bagi anak di Kepulauan Trobriand.
Pengakuan bahwa dibutuhkan penelitian pada lebih dari satu budaya untuk menyusun teori psikologi yang bersifat universal ternyata sangat lambat prosesnya. Salah satu penyebabnya adalah mesin adanya asumsi bahwa manusia yang dibesarkan dalam budaya Barat lebih “superior” daripada dibesarkan dalam budaya Barat lebih “superior” daripada manusia yang hidup dalam budaya non-barat, Warren misalnya, mengemukakan bahwa mata kuliah yang sekarang dapat diberi judul “psikologi lintas-budaya” pernah dengan silabus yang kurang lebih sama diajarkan di Inggris dengan judul “psikologi orang primitif”. Dengan kata lain, masih terlihat adanya etnosentrisme pada para penelitian Barat dalam menafsirkan temuan mereka. Penelitian-penelitian sebelum tahun 1970 masih menunjukkan kecenderungan etnosentrisme ini, walaupun dalam kadar yang lebih rendah. Hal ini terlihat dari kenyataan bahwa sebagian besar penelitian pada masa ini menggunakan konsep-konsep teoretis Barat yang diterapkan dalam konteks budaya lain tanpa adanya usaha untuk mengikutsertakan variabel yang khas dari budaya lain tersebut. Penelitian tentang tahap perkembangan Piaget yang banyak dilakukan di budaya lain pada tahun 1960-an merupakan contoh penelitian janis ini.
Barulah pada periode setelah tahun 1970 penelitian psikologi lintas-budaya yang dilakukan lebih banyak mengikuti tertakan para penelitia non-Barat sebagai sejawat penelitian, sehingga lebih banyak konsep yang khas daari kebudayaan yang diteliti ikut diperhitungkan. Salah satu hal yang cukup berperan adalah penjabaran konsep emic dan etic dalam perbandingan lintas-budaya oleh Berry di mana untuk konsep emic diperlukan kerjasama dengan penelitian setempat. Kendati demikian, evaluasi dari Lonner tentang komposisi dari 662 penulis 347 artikel yang pernah dimuat dalam Journal of Cross-cultural Psychology periode 1970-1979 menunjukkan bahwa 519 (78%) berasal dari tujuh negara yang relatif baik keadaan ekonominya yaitu, Amerika Serikat (48%), srael (9%), Kanada (8%), dan Australia, Skotlandia, Seladia Baru (12%) di mana hampir semuanya berlatar belakang budaya Barat. Tingginya proporsi peneliti yang berasal dari budaya Barat in tentunya berpengaruh terhadap arah dan topik penelitian lintas-budaya yang dilakukan sehingga hasilnya belum tentu sepenuhnya dapat digeneralisasikan pada individu yang tinggal dalam budaya non-Barat.
Walaupun kecenderungan untuk lebih melibatkan peneliti-peneliti dari budaya non-Barat terus berlangsung sampai sekarang, kenyataan bahwa dana penelitian umumnya berasal dari negara-negara Barat yang maju akan tetap menyebabkan pemilihan topik penelitian lebih ditentukan oleh apa yang diminati oleh pemilik dana yang belum tentu merupakan topik yang paling dibutuhkan oleh individu yang hidup di budaya non-Barat.
Sumber: Buku Psikologi, edisi kesembilan, jilid 1. Carole Wade. Carol Tavris.
0 komentar:
Posting Komentar