Secara
umum kita dapat menganalogikan LTM (long timer memory) sebagai suatu
tempat penyimpanan (repository) segala hal dalam memori yang saat itu
tidak sedang digunakan namun memiliki makna yang penting dan dapat
diambil kembali (retrievable). Sejumlah kategori umum dari jenis
informasi yang disimpan dalam LTM (Bower, 1975) disusun berdasarkan
kemungkinan fungsi adaptifnya.
- Kemampuan Spasial. Informasi mengenai lokasi kita di dunia dan objek-objek yang penting. Pengetahuan ini memungkinkan kita melakukan pergerakan atau manuver efektif di lingkungan kita.
- Karakteristik-karakteristik Fisik Dunia Sekeliling Kita. Informasi ini memungkinkan kita berinteraksi secara aman dengan objek-objek yang kita jumpai.
- Hubungan Sosial. Penting untuk mengetahui siapa kawan kita, siapa kerabat kita, dan siapa orang yang dapat kita percayai. Mengenai siapa musuh kita bahkan lebih penting lagi.
- Nilai-nilai Sosial. Pengetahuan mengenai apa yang dianggap penting oleh kelompok kita.
- Keterampilan-keterampilan motorik. Penggunaan alat, pemanipulasian objek.
- Keterampilan-keterampilan perseptual. Memungkinkan kita memahami stimuli dalam lingkungan kita, mulai dari bahasa hingga musik.
Diyakini bahwa keberagaman
informasi yang ditemukan oleh LTM telah berevolusi sedemikian rupa
sehingga memungkinkan kita mengembangkan interaksi yang sukses dengan
lingkungan kita. Dalam kesehatian kita, memori tampak terstruktur dan
tertib (orderly). Dengan demikian, pertanyaan penelitian yang utama,
terkait LTM, adalah bagaimana LTM Diorganisasikan. Terdapat sejumlah
besar penelitian yang memunculkan gagasan bahwa informasi yang spesifik
disimpan dalam sebuah jaringan yang terstruktur dengan baik sekaligus
sangat praktis. Konsep tersebut mengimplikasikan bahwa informasi baru
yang memasuki LTM tidak memerlukan sintesis dari suatu jaringan baru
(yang akan mengalahkan kegunaan pengorganisasian karena setiap peristiwa
akan memerlukan sistem tersendiri), dengan organisasi minor (dalam
jumlah yang tak terbatas) yang mempengaruhi hasil pemindahan informasi
tersebut. Artinya, informasi baru lazimnya disimpan dalam
struktur-struktur organisasi yang memang sudah eksis sebelumnya.
Sebagaimana
telah kita diskusikan sebelumnya, sistem memori kita tidak hanya
menyimpan informasi, melainkan juga memproses dan mengarahkan informasi.
Tergantung jenis informasi, atau derajat kepentingannya, skema-skema
organisasi yang berbeda-beda akan dilibatkan dalam LTM (lihat dalam
gambar dibawah). Anda dapat mengetahui bahwa LTM dapat dibagi menjadi
memori eksplisit (deklaratif) dan memori implikasi (nondeklaratif).
Memori eksplisit diorganisasikan lagi menjadi memori episodik dan memori
sematik. Memori eksplisit dibagi menjadi memori prosedural dan memori
emosional. Terdapat pula sejumlah subtipe dalam ketegori memori implisit
dan memori eksplisit tersebut.
Memori
eksplisit (explicit memory) terutama mengandalkan pengambilan
(retrieval) pengalaman-pengalaman sadar dan menggunakan isyarat (cue)
berupa rekognisi dan tugas-tugas recali. Memori implisit (umplicit
memory), sebaliknya, diekspresikan dalam bentuk mempermudah kinerja dan
tidak memerlukan rekolekgi yang sadar.
Jenis-jenis Memori Jangka Panjang
Memori jangka
panjang di bagi menjadi dua yaitu implisit (Non-deklaratif) dan
Eksplisit (deklaratif), Implisit (Non-deklaratif) dibagi menjadi
empaat yaitu prosedur, priming, Kondisioning
Klasikal dan Operan, Pembelajaan
nonsosiatif. Sedangkan Ekplisit (deklaratif) dibagi menjadi dua
bagian yaitu Sematik (Fakta) dan Episodik (peristiwa)
Memori Otobiografis
Isi
LTM buka
Secara
umum kita dapat menganalogikan LTM (long timer memory) sebagai suatu
tempat penyimpanan (repository) segala hal dalam memori yang saat itu
tidak sedang digunakan namun memiliki makna yang penting dan dapat
diambil kembali (retrievable). Sejumlah kategori umum dari jenis
informasi yang disimpan dalam LTM (Bower, 1975) disusun berdasarkan
kemungkinan fungsi adaptifnya.
- Kemampuan Spasial. Informasi mengenai lokasi kita di dunia dan objek-objek yang penting. Pengetahuan ini memungkinkan kita melakukan pergerakan atau manuver efektif di lingkungan kita.
- Karakteristik-karakteristik Fisik Dunia Sekeliling Kita. Informasi ini memungkinkan kita berinteraksi secara aman dengan objek-objek yang kita jumpai.
- Hubungan Sosial. Penting untuk mengetahui siapa kawan kita, siapa kerabat kita, dan siapa orang yang dapat kita percayai. Mengenai siapa musuh kita bahkan lebih penting lagi.
- Nilai-nilai Sosial. Pengetahuan mengenai apa yang dianggap penting oleh kelompok kita.
- Keterampilan-keterampilan motorik. Penggunaan alat, pemanipulasian objek.
- Keterampilan-keterampilan perseptual. Memungkinkan kita memahami stimuli dalam lingkungan kita, mulai dari bahasa hingga musik.
Sebagaimana telah kita diskusikan sebelumnya, sistem memori kita tidak hanya menyimpan informasi, melainkan juga memproses dan mengarahkan informasi. Tergantung jenis informasi, atau derajat kepentingannya, skema-skema organisasi yang berbeda-beda akan dilibatkan dalam LTM (lihat dalam gambar dibawah). Anda dapat mengetahui bahwa LTM dapat dibagi menjadi memori eksplisit (deklaratif) dan memori implikasi (nondeklaratif). Memori eksplisit diorganisasikan lagi menjadi memori episodik dan memori sematik. Memori eksplisit dibagi menjadi memori prosedural dan memori emosional. Terdapat pula sejumlah subtipe dalam ketegori memori implisit dan memori eksplisit tersebut.
Memori eksplisit (explicit memory) terutama mengandalkan pengambilan (retrieval) pengalaman-pengalaman sadar dan menggunakan isyarat (cue) berupa rekognisi dan tugas-tugas recali. Memori implisit (umplicit memory), sebaliknya, diekspresikan dalam bentuk mempermudah kinerja dan tidak memerlukan rekolekgi yang sadar.
Jenis-jenis Memori Jangka Panjang
Memori jangka
panjang di bagi menjadi dua yaitu implisit (Non-deklaratif) dan
Eksplisit (deklaratif), Implisit (Non-deklaratif) dibagi menjadi
empaat yaitu prosedur, priming, Kondisioning
Klasikal dan Operan, Pembelajaan
nonsosiatif. Sedangkan Ekplisit (deklaratif) dibagi menjadi dua
bagian yaitu Sematik (Fakta) dan Episodik (peristiwa)
Memori Otobiografis
Isi
LTM bukanlah menyerupai suatu gudang penyimpanan yang menyimpan segala
sesuatu yang kita alami. LTM memiliki suatu fungsi kendali, yakni
tempat informasi yang relevan dan bermakna mendapatkan perhatian khusus.
Memori otobiografis adalah memori pribadi telah menjadi minat sebagian
besar orang awam, sesungguhnya memori pribadi juga menjadi subjek
sejumlah penelitian psikologis. Kita telah membicarakan memori
otobiografis terkait durasi LTM, dan sekarang kita akan beralih ke
momori otobiografis terkait sebagai suatu jenis khusus memori jangka
panjang.
Memori otobiografis pada umumnya memiliki keakuratan tinggi (bahkan sempurna). Pada umumnya, memori biografis berisi informasi terkait emosi, deskripsi-diri, peristiwa-peristiwa khusus, dan sejumlah kehidupan seseorang yang bersangkutan. Data-data yang objektif mengenai memori otobiografis sulit ditemukan (bagaimana anda dapat menyetujui atau menyangkal ingatan pribadi seseorang terkait peristiwa dalam hidup orang itu?) Meskipun demikian, beberapa penelitian mampu mengatasi masalah tersebut. Sebagai contoh, Field (1981) mewawancarai sejumlah anggota keluarga (dalam keluarga individu yang sedang diselidiki kebenaran memorinya) sebagai sarana verifikasi terhadap kebenaran “fakta” dalam memori seseorang. Beberapa kenangan seperti “Saya yakin, saya terkena radang tenggorokan pada tanggal 3 Juli kerena saat itu menjelang 4 Juli (perayaan kemerdekaan Amerika) dan saya tidak dapat menonton pawai dan pertunjukkan kembang api” dapat diverifikasi dengan mewawancarai anggota keluarga yang lain dan memeriksa rekaman medis individu yang bersangkutan. Studi-studi semacam itu menghasilkan korelasi tinggi (sekitar 0,88) antara memori anggota-anggota keluarga terkait peristiwa yang diselidiki. Korelasi yang jauh lebih rendah (sekitar 0,43) dijumpai saat memori yang diselidiki adalah memori mengenai emosi atau sikap.
Mengetahui apa (What) dan mengetahui bahwa (that)Memori Episodik dan Memori Semantik. Pencarian kita terhadap dasar neurokognitif bagi representasi pengetahuan berlanjut dengan studi-studi terdapat pengetahuan deklaratif (deklaratif knowledge) dan pengetahuan nondeklaratif. Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, pengetahuan deklaratif bersifat eksplisit dan melibatkan fakta-fakta dan peristiwa-peristiwa, sementara pengetahuan prosedural bersifat implisit dan diakses melalui kinerja (performance). Kita mengetahui sepeda memiliki dua roda, sebuah setang, dan rangka (pengetahuan deklaratif), namun kita dapat menunjukkan bahwa kita mampu mengendarai sebuah sepeda hanya dengan menguji pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural adalah melalui eksperimen priming dan eksperimen rekognisi.
Priming, sebagaimana yang anda ingat (lihat Bab 1), adalah sebuah tes yang di dalamnya pertisipan mendapatkan sebuah isyarat (umumnya sebuah kata), yang berhubungan dengan sasaran (yakni sebuah kata yang berhubungan). Kata pemicu (prime) memudahkan rekognisi terhadap kata sasaran. Sebagai contoh, jika kami memberi anda kata MEJA sebagai pemicu (prime), tindakan tersebut memudahkan rekognisi anda terhadap kata KURSI (kata sasaran). Priming disumsikan melibatkan pengetahuan prosedural karena respons bersifat implisit dan terdapat lebih banyak (atau lebih sedikit) aktivitas otomatis pada jalur-jalur neuron yang sudah ada. Dengan demikian, jika seorang penderita amnesia menunjukkan kinerja positif dalam tugas priming, kita dapat menyimpulkan bahwa individu yang bersangkutan memiliki pengetahuan prosedural yang masih berfungsi baik, namun apabila penderita amnesia tersebut menunjukkan kinerja buruk dalam tugas mengingatkan kata, kita dapat menyimpulkan bahwa individu yang bersangkutan memiliki pengatahuan deklaratif yang terganggu (impaired). Sejumlah eksperimen telah mendukung hipotesis ini (misalnya, Shimamura & Squire, 1984).
Memori Episodik dan Memori Semantik
Tulving (1972, 1983, 1989a, 1989b, 1993) mengklasifikasikan memori ke dalam dua jenis, memori episodik dan memori samantik. Klasifikasi Tulving kita anggap penting sebab kita mengasumsikan bahwa suatu kondisi memori tunggal eksis dalam LTM.
Memori episodik (episodic memory) adalah suatu “sistem memori neurokognitif yang memungkinkan seseorang mengingat peristiwa-peristiwa pada masa lalunya” (Tulving, 1993, hal. 67). artinya, meomori-memori mengenai pengalaman-pengalaman mengunjungi restoran China yang istimewa) membentuk memori-memori episodik. Peristiwa-peristiwa tersebut disimpan sebagai “referensi otobiografis”. Memori episodik sebagai dasar pengenalan terhadap perubahan dan pelupaan, namun memegang peranan penting sebagai dasar pengenalan terhadap peristiwa-peristiwa (seperti orang dan tempat) yang telah kita jumpai pada masa lalu. Memori episodik tidak memiliki struktur formal sebagaimana yang didapati dalam memori semantik.
Memori semantik (semantik memory) adalah memori mengenai kata, konsep, peraturan, dan ide-ide abstrak; memori ini penting bagi penggunaan bahasa dalam kata-kata Tulving:
“memori semantik adalah sebuah kamus menta, sebuah pengetahuan terorganisir yang dimiiliki seseorang, mengenai hubungan antara simbol-simbol verbal tersebut berserta peraturan-peraturan, rumus dan algoritma yang digunakan dalam pemanipulasian terhadap simbol-simbol, konsep-konsep, dan hubungan-hubungan tersebut. Memori semantik tidak mencakup karakteristik-karakteristik perseptual dari input, namun mencakup referensi kognitif dari sinyal-sinyal input. (hal. 217)
ketika kita menggunakan kata BIRU, kita mungkin tidak mengacu pada episode tertentu dalam memori kita (yakni saat kata tersebut kita gunakan pada suatu waktu), kehidupan kita sehari-hari, kita kerap kali mengambil informasi dari memori semantik yang kita gunakan dalam percakapan, dalam pemecahan masalah, dan dalam membaca sebuah buku. Kemampuan kita untuk memproses informasi yang berbeda-beda secara berurutan dan dalam kecepatan tinggi disebabkan oleh proses pengambilan (retrieval) informasi yang sangat efektif dan juga oleh informasi yang terstruktur dengan baik dalam memori semantik.
Memori semantik dana memori episodik berbeda tidak hanya dalam isinya, namun juga dalam kerentanannya terhadap kelupaan. Informasi dalam memori episodik lenyap dengan cepat seiring masuknya informasi baru secara konstan. Meskipun demikian pengetahuan yang diperlukan untuk mengalihkan 5x3 (yakni memori semantik) lebih “kebal” terhadap kelupaan. Memori episodik diaktifkan lebih sering (dan semantik), lebih sering mengalami perubahan), sedangkan memori semantik tidak diaktifkan sesering memori episodik dan kondisinya relatif stabil seiring berlalunya waktu.
Tulving berpendapat bahwa sistem memori yang paling baik menggambarkan kompleksitas dan adaptabilitas manusia adalah sistem klasifikasi yang terdiri dari tiga bagian: memor prosedural, memori semantik, dan memori episodik 9duan komponen bagian memori prosedural, memori semantik, dan memori episodik. (dua komponen yang disebut terakhir telah dideskripsikan sebelumnya).
Ketiga sistem tersebut dianggap bersifat monohirarkis. Artinya, dalam sistem yang paling rendah, memori prosedural mencakup sistem berikutnya, yakni memori semantik sebagai suatu entitas tunggal, semantara memori semantik mencakup memori episodik sebagai suatu subsistem tunggal yang terspesialisasi, meskipun setiap sistem yang lebih tinggi bergantung pada (dan didukung oleh) sistem yang lebih rendah, setiap sistem memiliki kemampuan-kemampuan yang unik.
Memori prosedural, sebagai bentuk memori terendah mempertahankan hubungan-hubungan antara stimuli dan dapat disertakan dengan memori asosiatif (associative memory) sebagaimana yang disebutkan Oakley (1981). memori semantik memiliki kemampuan tambahan berupa merepresentasikan peristiwa-peristiwa internal yang tidak ada pada saat kejadian, sementara memori episodik memungkinkan adanya suatu kemampuan tambahan berupa kemampuan memperoleh (dan mempertahankan pengetahuan mengenai peristiwa-peristiwa yang dialami secara pribad).
Sumber: PSIKOLOGI KOGNITIF. Edisi kedelapan. Robert L. Solso. Otto H. Maclin. M. Kimberly Maclin.
nlah menyerupai suatu gudang penyimpanan yang menyimpan segala
sesuatu yang kita alami. LTM memiliki suatu fungsi kendali, yakni
tempat informasi yang relevan dan bermakna mendapatkan perhatian khusus.
Memori otobiografis adalah memori pribadi telah menjadi minat sebagian
besar orang awam, sesungguhnya memori pribadi juga menjadi subjek
sejumlah penelitian psikologis. Kita telah membicarakan memori
otobiografis terkait durasi LTM, dan sekarang kita akan beralih ke
momori otobiografis terkait sebagai suatu jenis khusus memori jangka
panjang.
Memori
otobiografis pada umumnya memiliki keakuratan tinggi (bahkan sempurna).
Pada umumnya, memori biografis berisi informasi terkait emosi,
deskripsi-diri, peristiwa-peristiwa khusus, dan sejumlah kehidupan
seseorang yang bersangkutan. Data-data yang objektif mengenai memori
otobiografis sulit ditemukan (bagaimana anda dapat menyetujui atau
menyangkal ingatan pribadi seseorang terkait peristiwa dalam hidup orang
itu?) Meskipun demikian, beberapa penelitian mampu mengatasi masalah
tersebut. Sebagai contoh, Field (1981) mewawancarai sejumlah anggota
keluarga (dalam keluarga individu yang sedang diselidiki kebenaran
memorinya) sebagai sarana verifikasi terhadap kebenaran “fakta” dalam
memori seseorang. Beberapa kenangan seperti “Saya yakin, saya terkena
radang tenggorokan pada tanggal 3 Juli kerena saat itu menjelang 4 Juli
(perayaan kemerdekaan Amerika) dan saya tidak dapat menonton pawai dan
pertunjukkan kembang api” dapat diverifikasi dengan mewawancarai anggota
keluarga yang lain dan memeriksa rekaman medis individu yang
bersangkutan. Studi-studi semacam itu menghasilkan korelasi tinggi
(sekitar 0,88) antara memori anggota-anggota keluarga terkait peristiwa
yang diselidiki. Korelasi yang jauh lebih rendah (sekitar 0,43) dijumpai
saat memori yang diselidiki adalah memori mengenai emosi atau sikap.
Mengetahui apa (What) dan mengetahui bahwa (that)Memori Episodik dan Memori Semantik.
Pencarian
kita terhadap dasar neurokognitif bagi representasi pengetahuan
berlanjut dengan studi-studi terdapat pengetahuan deklaratif (deklaratif
knowledge) dan pengetahuan nondeklaratif. Sebagaimana yang telah
disebutkan sebelumnya, pengetahuan deklaratif bersifat eksplisit dan
melibatkan fakta-fakta dan peristiwa-peristiwa, sementara pengetahuan
prosedural bersifat implisit dan diakses melalui kinerja (performance).
Kita mengetahui sepeda memiliki dua roda, sebuah setang, dan rangka
(pengetahuan deklaratif), namun kita dapat menunjukkan bahwa kita mampu
mengendarai sebuah sepeda hanya dengan menguji pengetahuan deklaratif
dan pengetahuan prosedural adalah melalui eksperimen priming dan
eksperimen rekognisi.
Priming,
sebagaimana yang anda ingat (lihat Bab 1), adalah sebuah tes yang di
dalamnya pertisipan mendapatkan sebuah isyarat (umumnya sebuah kata),
yang berhubungan dengan sasaran (yakni sebuah kata yang berhubungan).
Kata pemicu (prime) memudahkan rekognisi terhadap kata sasaran. Sebagai
contoh, jika kami memberi anda kata MEJA sebagai pemicu (prime),
tindakan tersebut memudahkan rekognisi anda terhadap kata KURSI (kata
sasaran). Priming disumsikan melibatkan pengetahuan prosedural karena
respons bersifat implisit dan terdapat lebih banyak (atau lebih sedikit)
aktivitas otomatis pada jalur-jalur neuron yang sudah ada. Dengan
demikian, jika seorang penderita amnesia menunjukkan kinerja positif
dalam tugas priming, kita dapat menyimpulkan bahwa individu yang
bersangkutan memiliki pengetahuan prosedural yang masih berfungsi baik,
namun apabila penderita amnesia tersebut menunjukkan kinerja buruk dalam
tugas mengingatkan kata, kita dapat menyimpulkan bahwa individu yang
bersangkutan memiliki pengatahuan deklaratif yang terganggu (impaired).
Sejumlah eksperimen telah mendukung hipotesis ini (misalnya, Shimamura
& Squire, 1984).
Memori Episodik dan Memori Semantik
Tulving
(1972, 1983, 1989a, 1989b, 1993) mengklasifikasikan memori ke dalam dua
jenis, memori episodik dan memori samantik. Klasifikasi Tulving kita
anggap penting sebab kita mengasumsikan bahwa suatu kondisi memori
tunggal eksis dalam LTM.
Memori
episodik (episodic memory) adalah suatu “sistem memori neurokognitif
yang memungkinkan seseorang mengingat peristiwa-peristiwa pada masa
lalunya” (Tulving, 1993, hal. 67). artinya, meomori-memori mengenai
pengalaman-pengalaman mengunjungi restoran China yang istimewa)
membentuk memori-memori episodik. Peristiwa-peristiwa tersebut disimpan
sebagai “referensi otobiografis”. Memori episodik sebagai dasar
pengenalan terhadap perubahan dan pelupaan, namun memegang peranan
penting sebagai dasar pengenalan terhadap peristiwa-peristiwa (seperti
orang dan tempat) yang telah kita jumpai pada masa lalu. Memori episodik
tidak memiliki struktur formal sebagaimana yang didapati dalam memori
semantik.
Memori
semantik (semantik memory) adalah memori mengenai kata, konsep,
peraturan, dan ide-ide abstrak; memori ini penting bagi penggunaan
bahasa dalam kata-kata Tulving:
“memori
semantik adalah sebuah kamus menta, sebuah pengetahuan terorganisir
yang dimiiliki seseorang, mengenai hubungan antara simbol-simbol verbal
tersebut berserta peraturan-peraturan, rumus dan algoritma yang
digunakan dalam pemanipulasian terhadap simbol-simbol, konsep-konsep,
dan hubungan-hubungan tersebut. Memori semantik tidak mencakup
karakteristik-karakteristik perseptual dari input, namun mencakup
referensi kognitif dari sinyal-sinyal input. (hal. 217)
ketika
kita menggunakan kata BIRU, kita mungkin tidak mengacu pada episode
tertentu dalam memori kita (yakni saat kata tersebut kita gunakan pada
suatu waktu), kehidupan kita sehari-hari, kita kerap kali mengambil
informasi dari memori semantik yang kita gunakan dalam percakapan, dalam
pemecahan masalah, dan dalam membaca sebuah buku. Kemampuan kita untuk
memproses informasi yang berbeda-beda secara berurutan dan dalam
kecepatan tinggi disebabkan oleh proses pengambilan (retrieval)
informasi yang sangat efektif dan juga oleh informasi yang terstruktur
dengan baik dalam memori semantik.
Memori
semantik dana memori episodik berbeda tidak hanya dalam isinya, namun
juga dalam kerentanannya terhadap kelupaan. Informasi dalam memori
episodik lenyap dengan cepat seiring masuknya informasi baru secara
konstan. Meskipun demikian pengetahuan yang diperlukan untuk mengalihkan
5x3 (yakni memori semantik) lebih “kebal” terhadap kelupaan. Memori
episodik diaktifkan lebih sering (dan semantik), lebih sering mengalami
perubahan), sedangkan memori semantik tidak diaktifkan sesering memori
episodik dan kondisinya relatif stabil seiring berlalunya waktu.
Tulving
berpendapat bahwa sistem memori yang paling baik menggambarkan
kompleksitas dan adaptabilitas manusia adalah sistem klasifikasi yang
terdiri dari tiga bagian: memor prosedural, memori semantik, dan memori
episodik 9duan komponen bagian memori prosedural, memori semantik, dan
memori episodik. (dua komponen yang disebut terakhir telah
dideskripsikan sebelumnya).
Ketiga
sistem tersebut dianggap bersifat monohirarkis. Artinya, dalam sistem
yang paling rendah, memori prosedural mencakup sistem berikutnya, yakni
memori semantik sebagai suatu entitas tunggal, semantara memori semantik
mencakup memori episodik sebagai suatu subsistem tunggal yang
terspesialisasi, meskipun setiap sistem yang lebih tinggi bergantung
pada (dan didukung oleh) sistem yang lebih rendah, setiap sistem
memiliki kemampuan-kemampuan yang unik.
Memori
prosedural, sebagai bentuk memori terendah mempertahankan
hubungan-hubungan antara stimuli dan dapat disertakan dengan memori
asosiatif (associative memory) sebagaimana yang disebutkan Oakley
(1981). memori semantik memiliki kemampuan tambahan berupa
merepresentasikan peristiwa-peristiwa internal yang tidak ada pada saat
kejadian, sementara memori episodik memungkinkan adanya suatu kemampuan
tambahan berupa kemampuan memperoleh (dan mempertahankan pengetahuan
mengenai peristiwa-peristiwa yang dialami secara pribad).
Sumber: PSIKOLOGI KOGNITIF. Edisi kedelapan. Robert L. Solso. Otto H. Maclin. M. Kimberly Maclin.
0 komentar:
Posting Komentar