Ilmu merupakan kegiatan berfikir
untuk mendapatkan pengetahuan yang benar, atau secara lebih sederhana, ilmu
bertujuan untuk mendapatkan kebenaran. Criteria kebenaran dalam ilmu adalah
jenis sebagaimana yang dicerminkan oleh karakterisitik berfikir. Criteria kebenaran
ini pada hakikatnya berfikir otonom dan terbesar dari struktur kekuasaan di
luar bidang keilmuan. Artinya dalam menetapkan suatu kenyataan apakan itu benar
atau tidak maka seorang ilmuwan akan mendasarkan penarikan kesimpulan kepada
argumentasi yang terkandung dalam pertanyaan itu dan bukan kepada argumentasi
yang terkandung dalam pertanyaan itu dan bukan kepada pengaruh yang berbentuk
kekuasaan dari kelembagaan yang mengeluarkan pertanyaaan itu. Hal ini sering
menempatkan kaum ilmuwan dalam posisi yang bertentangan dengan pihak yang
berkuasa yang mungkin mempunyai criteria kebenaran yang lain. Criteria ilmuwan
dan politikus dalam membuat pertanyaan adalah berbeda seperti yang dinyatakan
ahli fisika Szilard: Jika seorang ilmuwan mengatakan sesuatu maka
rekan-rekannya pertama sekali akan bertanya apakah yang dinyatakannya itu
mengandung kebenaran atau tidak. Sebaliknya jika seorang politikus mengatakan
sesuatu maka rekan-rekannya pertama sekali akan
bertanya. “Mereka ia menyatakan hal itu?” dari bau kemudian, atau bahkan
mungkin juga tidak, mereka mempertanyakan apakah pertanyaan itu mengandung
kebenaran.
Disamping itu kebenaran bagi kaum
ilmuwan mempunyai kegunaan khusus yakni kegunaaan yang universal bagi umat
manusia dalam meningkatkan martabat kemanusiaannya. Secara nasional maka
ilmuwan tidak mengabdi golongan, klik politik atau kelompok-kelompok lainnya. Secara
internasional kaum ilmuwan tidak mengabdi ras, ideology dan factor-faktor pembatasan
lainnya.
Dua karakteristik ini merupakan
asas moral bagi kaum ilmuwan yakni meninggalkan
kebenaran dan pengabdian secara universal.
Tentu saja dalam kenyataannya pelaksanaan asas moral ini tidak mudah sebab
sejak tahap perkembangan ilmu yang sangat awal kegiatan ilmiah ini dipengaruhi
oleh struktur kekuasaan dari luar. Hal ini, menurut Bachtiar Rifai, lebih
menonjol lagi di Negara-negara yang sedang berkembang, karena sebagian besar
kegiatan keilmuwan merupakan kegiatan aparatur Negara.
Sumber: FILSAFAT ILMU Sebuah Pengantar Populer. Jujun S. Suriasumantri. Dengan Kata Pengantar Andi Hakim Nasution. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta 2001.
0 komentar:
Posting Komentar