Dalam konteks teori kepribadian,
tujuan konseling merupakan efek (E) yang diharapkan terjadi setelah dilakukan
intervensi oleh konselor (desputing/D).
karena itu teori REBT tentang kepribadian dalam formula A-B-C dilengkapi oleh
Ellis sebagai teori konseling yaitu menjadi A-B-C-D –E (antecendent event, belief ,emotional consequenceal,deputing, dan effect) efek yang dimaksud adalah
keadaan psikologis yang diharapkan terjadi pada klien setelah mengikuti proses
konseling.
Berangkat dari pandangannya
tentang hakikat manusia, tujuan konseling menurut Ellis pada dasarnya membentuk
pribadi yang rasional, dengan jalan mengganti cara-cara berfikir yang
irrasional. Dalam pandangan Ellis, cara berfikir yang irrasional itulah yang menjadi individu mengalami
gangguan emosional dan karena itu cara-cara berpikirnya atau iB harus diubah
menjadi lebih tepat yaitu cara berfikir yang rasional.
Ellis mengemukakan secara tegas
pengertian tersebut mencakup meminimalkan pandangan yang mengalahkan diri (self-defeating) dan mencapai kehidupan
yang lebih realistik, falsafah hidup yang toleran, termasuk di dalamnya dapat
mencapai keadaan yang dapat mengerahkan diri, menghargai diri, fleksibel,
berikir secara ilmiah, dan menerima diri.
Untuk mencapai tujuan-tujuan
konseling itu maka perlu pemahaman klien tentang sistem keyakinan atau cara
berpikirnya sendiri. Ada tiga tingkatan insight
yang dicapai perlu dalam REBT (dkk., 1984) yaitu:
- Pemahaman (insight) dicapai ketika klien memahami tentang perilaku penolakan diri yang dihubungkan pada penyebab sebelumnya yang sebagian besar sesuai dengan keyakinannya tentang peristiwa-peristiwa yang diterima (antecedent event) yang lalu dan saat ini.
- Pemahaman terjadi ketika konselor/terapis membantu klien untuk memahami bahwa apa yang menggangu klien pada saat ini adalah karena berkeyakinan yang irrasional terus dipelajari dan yang diperoleh sebelumnya.
- Pemahaman dicapai pada saat konselor membantu klien untuk mencapai pemahman ketiga, yaitu tidak ada jalan untuk keluar dari hambatan emosional kecuali dengan mendeteksi dan “melawan”keyakinan yang irrasional (iB).
Sumber: PSIKOLOGI
KONSELING, Edisi Ketiga. Latipun.
0 komentar:
Posting Komentar