Mobilitas sosial merupakan
perpindahan seseorang atau kelompok orang dari suatu kedudukan sosial tertentu
ke kedudukan sosial yang lain, baik yang sederajat maupun tidak sederajat. Mobilitas
sosial mengandung pengertian tentang perubahan atau proses yang terjadi dalam
masyarakat . jika perubahan itu diikuti dengan pernyesuaian terhadap kondisi
baru, individu yang mengalami perubahan tidak menghadapi masalah. Namun,
apabila penyesuaian terhadap kondisi baru tersebut tidak dapat berlangsung,
akan timbul persoalan sebagai konsekuensi adanya perubahan. Konsekuensi itu
berupa proses sosial yang disosiatif, misalnya konflik. Konflik sebagai
konsekuensi dari mobilitas dari monilitas sosial dapat berupa konflik
antarkelas, antarkelompok sosial, atau antargenerasi.
Sebagai konsekuensi mobilitas
sosial, konflik sebenarnya merupakan sarana untuk mencapai suatu keseimbangan
antara berbagai kekuatan yang ada dalam
masyarakat setelah keseimbangan lama terganggu oleh adanya perubahan kedudukan
akibat mobilitas sosial. Jadi, walaupun konflik merupakan suatu proses yang
diasosiatif, mobilitas tetap saja merupakan satu bentuk proses sosail yang
mempunyai fungsi dan akibat positif bagi masyarakat.
Konflik Antar Sosial
Mobilitas sosial berupa masuknya
individu ke dalam kelas sosial baru,
baik yang lebih tinggi maupun yang lebih rendah, kemudian membentuk kolompok
sosial bagu oleh individu. Adanya hal tersebut mengganggu keseimbangan dalam
masyarakat. gangguan keseimbangan itu berkaitan dengan kepentingan individu
atau kelompok, sehubungan dengna adanya orang baru atau kelompok baru dalam
suatu kelas sosial. Konflik terjadi karena adanya benturan kepentingan, baik
kepentingnan ekonomi, politik, maupun kepentingan sosial lainnya yang berada
dalam kelompok sosial tertentu dengan orang lain yang beru masuk ke dalam
kelompok tersebut. Misalnya, konflik sosia antara majikan dengan buruh
sehubungan dengan keinginan kelompok buruh menaikkan kedudukan sosialnya,
misalnya melalui upah.
Konflik AntarKelompok Sosial
Keseimbangan hubungan sosial
dalam masyarakat dapat terganggu pula oleh atau turunnya kedudukan kelompok
sosial yang ada sehingga menimbulkan konflik antarkelompok. Misalnya, konflik
antarparta politik yang terjadi setelah pemilihan kepala daerah. Pendukung parta
politik yang kalah terkadang sulit menerima kekalahan kemenangan partai politik
lawan.
Konflik Antargenerasi
Perbedaan kedudukan sosial antar
satu generasi dengan generasi sebelumnya tidak jarang menimbulkan konflik
antargenerasi, yaitu antara golongan tua dan golongan muda. Naiknya golongan
muda ke kedudukan sosial yang lebih tinggi sering membuat generasi muda tidak
lagi menghormati generasi tua yang dianggap sebagai generasi terbelakang, kuno,
kolot, dan seterusnya. Sebaliknya, generasi tua sering beranggapan bahwa pola
hidup atau kebudayaan mereka selama ini merupakan yang paling mulia dan utama. Pola
hidup atau kebudayaan yang hidup dan berkembang pada kelompok mereka dianggap
telah melenceng atau menyimpan dari adat. Hal itu memungkinkan timbulnya
konflik antargenerasi. Padahal, apabila setipa pihak dapat saling menyesuaikan
diri dengan keadaan baru, konflik antargenerasi tidak perlu terjadi. Persoalan utama
dari setiap perubahan adalah sulitnya menyesuaikan diri dengan keadaan baru.
Konflik Status dan Konflik Peranan
Dalam diri individu yang
mengalami mobilitas sosial, jika tidak dapat menyesuaikan diri dengan keadaan
baru akan mengalami konflik yang bersifat individu. Misalnya, dalam bentuk
konflik peranan, yaitu pertentangan antara satu status dan status yang lain
dalam diri seseorang individu yang disebabkan oleh adanya kepentingan dari tiap
status yang saling bertentangan.
Konflik status terjadi karena
setiap individu pada umumnya menyandang berbagai status sekaligus. Konflik status
itu akan muncul apabila dua status atau lebih muncul secara berbarengan. Misalnya,
seseorang hakim memimpin persidangan yang mengadili seorang terdakwa. Ternyata,
terdakwa itu dulu pernah menolongnya. Dalam kasus ini terdapat dua status yang
aktif dalam diri si hakim dan masing-masing memiliki kepentingan yang saling
berbeda. Status sebagai hakim bertugas mengadili orang yang melanggar hokum dan
status sebagia orang yang pernah ditolong serta memiliki kepentingan untuk
membalas budi. Di sini terjadi konflik status yang akan diikuti dengan
timbulnya konflik peranan.
Di samping konsekuensi berbentuk
konflik, mobilitas sosial dalam masyarakat juga mempunyai keuntungan. Keuntungan
itu dapat dirasakan oleh para warga masyarakat apabila dapat menyesuaikan diri
dengan keadaan baru yang ditimbulkan oleh mobilitas sosial. Beberapa keuntungan
tersebut antara lain sebagai berikut.
- Individu atau kelompok yang mempunyai kecakapan atau kemampuan tertentu dapat mewujudkan harapannya.
- Individu atau kelompok dapat merasakan kepuasan apabila dengan mencapai kedudukan yang diinginkannya atau dapat meningkatkan kedudukan sosialnya dalam masyarakat.
- Tidak tertutup kemungkinan bagi para warga kelas sosial tertentu untuk lebih maju dari warga kelas sosial di atasnya.
- Mobilitas sosial memberikan dorongan kepada warga masyarakat, individu, ataupun kelompok untuk bekerja lebih baik dan lebih sempurna karena adanya harapan untuk meraih prestasi yang lebih. Dalam banyak hal, system lapisan tertutup mengakibatkan timbulnya frustasi bagi kelompok atau kelas sosial tertentu karena tidak adanya harapan untuk melakukan mobilitas vertical ke kedudukan atau kelas yang lebih tinggi.
Sumber: Ilmu Pengetahuan Sosial, Sosiologi. Pabundu Tika.
Amin. Andi Sopandi. Mita Widyastuti. (Hal. 62 – 65)
0 komentar:
Posting Komentar