Latar belakang perkembangan
profesi konseling tidak dapat dipisahkan dari dua jalur penanganan terhadap
masalah-masalah yang dihadapi masyarakat Barat, yaitu tradisi penyembuhan
gangguan mental dan penanganan masalah – masalah pendidikan dan pekerjaan di
sekolah.
Moursund (1990) mengungkapkan
bahwa tradisi penyembuhan terhadap berbagai penyakit di kalangan masyarakat
Eropa terhadap berbagai jenis penyakit dikalangan masyarakat Eropa, khususnya
masyarakat Yunani, baik penyakit fisik maupun mental pada beberapa abad yang
lampau pada umumnya dilakukan secara tradisional yaitu dengan jalan
menghubungkan – hubungankan suatu gangguan mental dengan kepercayaan terhadap
tahayul dan kekuatan magis. Metode penyembuhan yang ada di Eropa ini sebenarnya
jauh ketinggian jika dibandingkan dengan kemajuan metode penyembuhan yang ada
di Asia dekat yang telah menggunakan pendekatan ilmiah.
Pada abad ke delapan, menurut
Moursund, rumah sakit-rumah sakit besar di Bagdad dan Dasmaskus telah memiliki
psikiater untuk menangani pasien yang mengalami kelainan mental psikiater untuk
menangani pasien yang mengalami kelainan mental, yang tidak dijumpai diberbagai
rumah sakit di Eropa. Baru pada abad ke 13, beberapa rumah sakit besar di Eropa
seperti di Prancis, Jerman, dan Inggris memiliki tenaga psikiater untuk
menangai pasien yang menderita kelainan mental.
Moursund mengungkapkan lebih
lanjut bahwa baru pada abad ke-17 studi tentang kelainan mental kian banyak
memperoleh perhatian dari kalangan ahli kesehatan Eropa. Thomas Sydenham
misalnya pada 1689 menulis sebuah artikel tentang hysteria sebagai penyakit
khusus, bidang kesehatan mental ini, misalnya neurosis, hipnotis dan
sebagainya.
Studi tentang kelainan mental dan
proses penyembuhan itulah yang secara historis telah mendorong berkembangan
metodologi bantuan terhadap orang-orang yang mengalami masalah-masalah mental.
Metodologi penyembuhan atau penanganan terhadap problem-problem mental ini yang
kita sebut sebagai psikoterapi. Sigmund Freud merupakan tokoh utama dalam
mengenalkan istilah psikoterapi ini pada awal abad ke 20. Sejak masa inilah,
psikoterapi di kembangkan secara meluas di klinik-klinik rumah sakit untuk
mengatasi berbagai gangguan mental.
Kesadaran terhadap upaya
mengatasi masalah psikologis terus berkembang. Upaya mengatasi masalah kejiwaan
ini tidak hanya dilakukan terhadap orang-orang yang menderita gangguan mental.
Orang yang mengalami hambatan, kegagalan, atau ketidak puasan terhadap apa yang
diharapkan juga merasa membutuhkan bantuan dari pihak lain. Mereka yang
bermasalah ini sekalipun tidak mengalami gangguan jiwa juga beranggapan
membutuhkan bantuan untuk dapat menyesuaikan diri secara tepat, termasuk di
dalamnya dalam penyesuaian di sekolah, tempat kerja, keluarga, dan sebagainya.
Kemajuan penanganan terhadap penderita gangguan jiwa tersebut turut memajukan
bagi perkembangan teori dan praktik konseling.
Sedangkan cikal bakal profesi
konseling dari segi penanganan terhadap masalah-masalah pendidikan dan
vokasional diungkap dalam berbagai literature, bahwa secara kelembagaan
konseling mulai ada pada 1896, yaitu sejak Lightner Witner membentuk sebuah
klinik yang disebutnya sebagai Psychological
Counseling Clinic di University of Pennasyvania. Dua tahun berikutnya Jesse
B. Davis mulai bekerja sebagai konselor pada Central High School di Detroit.
Davis bertindak sebagai konselor di lembaga pendidikan itu bertujuan membantu
siswa yang mengalami masalah-masalah pendidikan itu bertujuan membantu siswa
yang mengalami masalah-masalah pendidikan dan vokasional (Nugent, 1981). Maka
sejak itulah konseling lebih dikenal di Masyarakat Amerika.
Perkembangan konseling (dan
psikoterapi) kian maju setelah banyak ahli mengembangkan teori-teori psikologi
dan konseling. Diantara pada ahli yang turut membantu mengembangkan konseling
adalah Eli Weaver yang pada 1906 mempublikasikan sebuah pamphlet yang bertujuan
Choosing a Career, dan pada 1908
Frank Parson mendirikan Vocational Bureau
di Boston untuk membantu pemuda dalam memilih, mempersiapkan dan memasuki
dunia kerja. Bersama dengan usahanya pada biro ini Person sekaligus
mengembangkan konsep bimbingan dan konseling vokasional. Berkat kerja kersanya
ini, Parson oleh sebagian kalangan disebut sebagai innovator konsep dan teknik
konseling vokasional.
Perkembangan konseling terus
berlanjut. Pada 1913 di Amerika didirikan National
Vocational Guidance Association (NVGA), setelah itu berdiri American Psychologist Association (APA),
American School Counselor Association (ASCA),
dan Association for Counselor Education
and Counselor Trainer (ACECT).
Secara teoritik perkembangan
konseling sejalan dengan perkembangan psikologi dan psikiatri secara umum.
Teori-teori psikologi dan psikiatri member sumbangan yang sangat berarti bagi
perkembangan konseling. Sigmund Freud (1856 – 1939) peletak dasar psikoanalisis
dan memberikan sumbangan bagi pemikiran psikologi konseling bawah sadar.
E. Williamson mengembangkan
konseling sifat dan factor (trait and
factor counseling), yang menuliskan
gagasannya melalui buku How to Counseling Strudent pada 1939 dan
Counseling Adolescent pada 1950.
Sementara itu, Carl Rogers psikolog yang memilih jalan humanistic sangat
berjasa dalam menemukan inovasi-inovasi di bidang konseling dan psikoterapi.
Rogers telah memperkenalkan konseling berpusat pada person (person centered counseling), dan
sejumlah buku telah ditulisnya di antaranya adalah Counseling and Psychotherapy pada 1942, dan On Becoming a Person pada 1961. Berkat karya-karyanya yang
progresif, Williamson dan Rogers ini dianggap sebagai dasar gerakan konseling
modern Pietrofesa (1979).
Saat ini secara riil konselingtelah berkembang dengan sangat pesat. Perkembangannya tidak saja ditunjukkan
oleh terbitannya sejumlah buku, jurnal dan berbagai penelitian konseling,
tetapi juga ditunjukkan dengan tumbuhannya lembaga-lembaga konsultasi yang
diantaranya memberi layanan konseling kepada masyarakat.
Sumber: THEORIES OF LEARNING
(Teori Belajar). Edisi Ketujuh. B. Rhergenhahn Matthew H. Olson. (Hal. 16 – 18)
0 komentar:
Posting Komentar