ABSORPSI TOKSIKAN - Kumpulan Materi
Breaking News
Loading...
Sabtu, 18 November 2017

ABSORPSI TOKSIKAN

Kumpulan MateriAbsorpsi merupakan perpindahan xenobiotik dari luar organisme menuju ke aliran darah dari organisme. Umumnya mengikuti proses pemaparan dan menunjukkan dosis zat xenobiotik yang diterima oleh organisme. Proses absorpsi toksikan dalam tubuh dapat melalui saluran pencernaan, saluran pernapasan (paru) dan kulit. Namun aturan jalur khusus seperti injeksi intraperitoneal, intramuskuler dan subkutan, sering digunakan dalam studi toksikologi.

Absorpsi Toksikan pada Saluran Pencernaan Makanan

Saluran pencernaan makanan merupakan salah satu jalur penting dari aborpsi toksikan. Banyak toksikan lingkungan masuk melalui rantai makanan dan diserap melalu saluran pencernaan. Proses aborpsi tersebut tidak menimbulkan efek toksik kecuali jika diserap oleh tubuh. Lambng merupakan tempat penyerapan yang baik untuk asam lemah dan bentuk non-ion yang larut dalam lemak. Untuk basa lemah yang mengion dan tidak larut dalam lemak tidak mudah diserap olehh lambung, pada umumnya diserap oleh usus. Sebaliknya untuk basa organik yang lebih banyak diserap di usus daripada di lambung.

Usus kecil (intestin)

Alasan mengapa usus kecil (intestin) merupakan organ penting dalam proses penyerapan, adalah:

1. Banyak fili (bulu sepanjang intestin sebagai alat penyerap).

2. Pertukaran dengan darah berlangsung baik.

3. Mempunyai lapiran sel tipis (sebagai karier) dengan tebal satu lapis sel.

4. Melibatkan asam empedu.

Absorpsi Toksikan pada Paru

Toksikan yang diabsorpsi di paru, biasanya berupa gas: CO, NO2, SO2, uap benzene,uap karbn tetraklorida dan aerosol. Proses penimbunan aerosol ditentukan oleh ukuran partikelnya.

Absorpsi gas CO oleh paru sering menyebabkan kematian. Demikian pula di tempat kerja penyebab kesakitan yang penting adalah absorpsi dan deposisi partikel bahan silikon oleh paru yang menyebabkan penyakit silikosis.

Partikel dengan penampang 5 µm (mikro meter) akan dideposit pada regio nasofaringeal. Partikel tersebut akan melekat pada silia hidung bagian belakang dan dapat dikeluargan melalui proses bersin. Partikel tersebut selanjutnya akan masuk ke dalam faring dan melekat pada selaput lendir dengan bantuan epitel akan masuk ke dalam darah.

Partikel dengan penampang 2 sampai 5 µm dideposit pada regio trakeobronkiolar yang secara fisiologis dibersihkan dengan gerakan silia pada selaput lendir trakeobronkiolar. Nasib partikel sebagian akan dikeluarkan dengan proses batuk atau bersin dan sebagian lagi tertelah diabosrpsi oleh traktus gastrointestinal.

Partikel dengan penampang 1 µm atau yang lebih kecil akan mengalami penetrasi pada sacus alveolaris yang sebagian dari partikel akan mengalami pembersihan oleh macrophage dan sebagian lainnya akan diabsorpsi dalam darah.

Zona alveolar merupakan bagian dalam paru dengan permukaan seluas 50 sampai 100 m.2 Gas pada alveoli hampir selalu menyatu dengan aliran darah yang tergantung pada kelarutan gas tersebut. Gas chioroform mempunyai kelarutan yang tinggi sedangkan gas ethylene mempunyai kelarutan yang rendah dalam darah.



Absorpsi Toksikan Pada Kulit

Absorpsi toksikan oleh kulit relatif kurang baik/impermeable dan merupakan pelindung yang baik untuk mempertahankan fungsi kulit manusia dair pengaruh lingkungan Zat kimia dalam jumlah yang cukup besar apabla diserap oleh kulit dapat menimbulkan efek sistematik.

Kulit merupakan bagian tubuh yang dirancang untuk mencegah penyerapan supaya tidak mudah terjadi keracunan. Kerja kulit sebagai barier sangat efektif karena beberapa faktor sebagai berikut:

1. Area permukaannya terbatas.

2. Terdiri atas beberapa lapisan sel yang cukup tebal.

3. Stratum corneum adalah pemisah yang berbeda antara lapisan keratin dengan sel kering yang terbungkus rapat bahan lipofilik dan dapat berpindah karena sifat yang dimilikinya.

Kulit tidak dapat melakukan pertukaran zat dengan dara. Perpindahan bahan dari luar lapisan yang terserap ke dalam sistem (vaskuler) sangat lambat hal tersebut karena luas pori hanya sekitar > 100 µm. jika penyerapan secara perlahan maka kulit berperan penting dalam efek lolos pertama (firstpass effect). Hal ini berarti ada transformasi biologis zat toksik dalam epidermi, meskipun aktivitasnya hanya 2-6% dari kegiatan yang dilakukan liver.

Kulit seorang lelaki adalah sekitar 18 cm2 atau skeitar 10 % dari berat tubuh. Pestisida organofosat diserap mellaui kulit eperja kebun, krorofenol ditemukan dalam hewan luar dan banyak solven industri yang diserap oleh semua spesies. Bahan kimia deterjen dapat meningkatkan penetrasi bahan toksik sedangkan ester dan alkohol rantai panjang dapat menurunkan penetrasi zat toksik ke dalam kulit.

Faktor yang Mempengaruhi Proses Pengambilan (Uptake)

Pada umumnya xenobiotik berpindah dengan transport pasif yang dikendalikan oleh perbedaan konsentrasi dan tidak memerlukan energi (kondisi lebih pekat/kadar bear di dalam daripada di luar).

Proses dilusi dapat dijelaskan dengan hukum Ficks seperti di bawah ini:



Transport Aktif

Beberapa xenobiotik terserap dengan menggunakan protein pembawa yang tertanam dalam struktur membran yang berlaku sebagai kendaraan pengangkut. Hal ini disebut transport aktif dan memerlukan energi.

Sebagai contoh adalah transport aktif dari timbul (Pb), dalam GIT (gastrointestinal tract) ada protein pengantkut Ca++ yang juga digunakan oleh Pb karena kesamaan kimiawinya dengan kalsium. Hal tersebut merupakan satu alasan toksisitas berbagai uncur yaitu karena kesamaannya dengan unsur esensial.









Sumber: Mukono H. J. (2005). Taksikologi Lingkungan. Surabaya: Airlangga University Press. (Hal 16-19)

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

 
Toggle Footer