Kelas
merupakan latar belakang lingkungan yang kompleks, interaktif, dan
dinamis. Sebagai contoh ialah keadaan anak-anak sedang sibuk berusaha
merobohkan orang-orangan plastik menggunakan sebuah bola yang
digantungkan pada langit-langit dengan seutas tali. Ada sedikit anak
yang akan dapat melihat busur lintasan yang dilalui bola, mengubah
lemparannya, dan busur lintasan yang dilalui bola, mengubah
lemparannya, dan berhasil menganai orang-orang itu. Tetapi, anak-anak
yang lain akan cenderung berkata-kata memberikan pelajaran yang
menyangkal dan sering tidak masuk akan mengenai gerak bola.
Contohnya:Tali terlalu pendek”, “talinya terlalu panjang”,
“bolanya kurang berat”, dan sebelumnya.
Kecenderungan
orang dewasa umumnya ialah mau membetulkan ucapan anak yang tidak
masuk
akal, tetapi, analisa ekstensif yang dilakukan Jean Piaget
(1963) terhadap berfikirnya anak-anak telah mengungangkapkan bahwa
ucapan-ucapan yang “tidak masuk akal” ini merupakan tahapan yang
wajar dan penting dari perkembangan anak. Dengan beruhubungan dan
percobaan yang berulang-ulang dengan benda-benda kognitif oleh anak
maka hal ini akan memberikan sumbangan kepada perkembangan lebih
lanjut pola berfikir yang lebih masuk akal.
Contoh
kejadian lain di kelas ialah teguran terhadap siswa pengganggu di
muka kelas. Sepintas lalu, teguran itu tampak sebagai hukuman. Namun,
mendapat perhatian guru dan membuat kegiatan kelas berhenti merupakan
kejadian yang dapat memberikan siswa gengsi lebih tinggi di mata
sebagian temannya. Dalam keadaan seperti itu, tingkah laku mengganggu
mungkin akan terjadi sering. Analisa B.F Skinner (1969) mengenai
ganjaran dalam llingkungan kelas mengacu ke keadaan ini. Anak-anak
yang merasa berhasil menarik perhatian dan para pengunjuk diri
memperoleh ganjaran bagi kelakuannya yang tidak patut dan perilakunya
itu cenderung akan diulang-ulang.
Sumber:
Buku Belajar dan Membelajarkan.
Margaret E. Bell Gredler.
0 komentar:
Posting Komentar