Hidup
dalam masyarakat tidak akan pernah terlepas dari perbedaan. Perbedaan
tersebut dalam menimbulkan konflik. Konflik selalu terjadi
dimana-mana. Apakah yang dimaksud dengan konflik? Kita tentu sering
mendengar berita, baik dari TV ataupun media massa lainnya tentang
konflik aceh antara GAM dengan Pemerintah Indonesia, yang pada
akhirnya dapat diselesaikan dengan bantuan Pemerintah Firlandian
melalui Penjajahan Helsinki. Di beberapa tempat lainnya yang sedang
buming saat ini adalah konflik antara para pengunjuk rasa kenaikan
BBM dengan para petugas keamanan. Masih banyak lagi konflik yang
terjadi di tanah air ataupun dibelahan dunia mana pun.
Kata
konflik (conflict) berasal
dari bahasan latin configure yang
berarti saling memukul. Dalam pengertian sosiologi, konflik berarti
proses sosial di mana dua orang atau kelompok berusaha menyingkirkan
pihak lain dengan jalan menghancurkannya atau membuat tidak berdaya.
Robert M. Z Lawang mendefinisikan konflik sebagai perjuangan
memperoleh hal yang langka, seperti nilai, status dan kekuasaan di
mana tujuan mereka yang terlibat konflik tidak hanya memperoleh
keuntungan, tetapi juga menundukkan pesaingnya.
Konflik timbul diawal dengan adanya persaingan, baik persaingan
antarindividu, maupun antarkelompok. Selain itu, konflik dapat pula
timbul karena perbedaan emosi antarindividu dalam proses interaksi
sosial. Perbedaan emosi timbul karena adanya perbedaan kepentingan
sosial. Kepentingan sosial yang berbeda akan menimbulkan masalah pada
setiap masyarakat. Keadaan ini sangat terasa pada masyarakat modern.
Pernafsiran tentang keadilan, misalnya, bersifat subjektif. Adil
menurut kelompok sosial tertentu berarti pemaksaan kepentingan bagi
kelompok atau pihak lain. Orang-orang sering dibuat ragu-ragu ketika
harus memahami konsep keadilan dengan terpenuhinya kepentingan atau
keinginan kelompoknya. Jika kepentingan atau keinginan pribadi atau
kelompoknya dapat terwujud, orang merasa bahwa keadilan sudah
terwujud. Padahal, kenyataannya tidaklah demikian.
Konflik merupakan suatu proses yang menjadi bagian dari kelompk
sehari-hari, misalnya di keluarga terjadi konflik suami dan istri
serta istri dan mertua, di kantor terjadi konflik antara atasan dan
bawahan atau antarkaryawan, dan di lingkungan masyarakat terjadi
konflik dengan tetangga. Konflik ada di mana saja, selama ada
perbedaan norma dan nilai yang diperjuangkan dan selama ada status
kekuasaan, kepentingan, atau barang langka lannya yang diperebutkan,
konflik selalu terjadi.
Konflik banyak menimbulkan hal-hal negatif dalam interaksi sosial,
tetapi konflik sekaligus mempunyai fungsi yang positif bagi kehidupan
masyarakat, menyebabkan setiap anggota masyarakat akan menilai
dirinya sendiri, instropeksi diri, dan disusul dengan perubahan
tingkah laku yang lebih baik. Hal positif lain, misalnya kalau
terjadi konflik dengan kelmpok luar, solidaritas sosial akan lebi
tinggi dalam suatu kelompok sosial. Misalnya, bangsa Indonesia
memiliki rasa persatuan dan kesatuan yang kuat pada saat Sumpah
Pemuda.
Sumber: Buku Ilmu Pengetahuan Sosial, Sosiologi. Pabundu Tika. Amin.
Andi Sopandi. Mita Widyastuti.
0 komentar:
Posting Komentar