Banyak
data yang ditemukan oleh psikologi evolusi datang dari koesioner dan
wawancara. Dalam penelitian ini, ketika orang (umumnya mahasiswa)
diminta untuk membuat peringkat atas kualitas-kualitas yang mereka
lihat dari calon pasangannya, muncul perbedaan antar jenis kelamin,
seperti apa yang diramalkan oleh teori evolusi (Kenrick dkk., 2001).
akan tetapi ketika kami memeriksa datanya lebih lanjut, kami
menemukan masalah. Sebagian contoh, di luar perbedaan mereka, pria
dan wanita biasanya sama-sama menilai tinggi kebaikan, inteligensi,
dan tidak mementingkan kualitas fisik dan status finansial.
Dalam
pembahasan sebelumnya bahwa mahasiswa sebagai “sampel yang umum
dipakai” terkadang menghasilkan kesimpulan penelitian yang tidak
dapat diterapkan pada populasi nonmahasiswa. Inilah yang mungkin
terjadi pada banyak penelitian evolusi menganai sikap terhadap seks
dan pernikahan. Dalam penelitian nasional yang dilakukan belum lama
ini, peneliti dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit
(Centers for Disease Control and Prevention: CDC)
mewawancarai lebih dari 12.000 pria dan wanita yang berusia 15 sampai
44 tahun tentang seks, kohabitasi, pernikahan, perceraian, dan
pengasuhan anak (Martinez. Dkk., 2006). Badan ini telah melakukan
penelitian serupa di tahun 1973 tetapi hanya menggunakan subjek
wanita. Kali ini, para peneliti menanyakan pertanyaan yang cukup
jelas: Bagaimana dengan pria? Oleh karena itu mereka dapat mengambil
kesimpulan tantang sikap tersebut pada pria dan wanita berdasarkan
sampel yang lebih merepresentasikan populasi dibandingkan dengan yang
sampel yang digunakan oleh sebagian besar peneliti. Apa yang mereka
temukan membersihkan gambaran baru tentang pemahaman evolusi mengenai
perbedaan jenis kelamin.
Sebagian
contoh, seperti apa yang kita komitmen suatu hubungan daripada pria
dan wanita lebih mendedikasikan dirinya terhadap pengasuhan anak. 66
persen pria, dibandingkan dengan hanya 51 persen wanita, lebih setuju
atau sangat setuju dengan pernyataan “Lebih baik menikah daripada
menjalani hidup sendiri.” Lebih lanjut, sebagian besar wanita dan
pria setuju bahwa “Lebih
penting bagi pria untuk menghabiskan banyak waktu yang cukup banyak
untuk memberi makan dan memandikan anak mereka, membantu tugas
sekolah dan mengajak mereka beraktivitas. 94 persen pria dan wanita
setuju bahwa ”Penghargaan menjadi orang tua sangat berarti, tak
peduli seberapa besar biaya dan usaha yang dibutuhkan.”
Sebagaimana
biasa, kita harus menghindari
simplifikasi berlebihan.
Beberapa hasil memang sejalan dengan stereotip yang ada. Lebih banyak
pria daripada wanita (60 persen berbanding 51 persen) yang setuju
bahwa orang yang berusia 18 tahun yang belum menikah boleh melakukan
hubungan seksual “jika mereka saling memiliki perasaan afeksi yang
kuat satu sama lain.” Wanita juga lebih mungkin untuk menikah di
usia 30 dibandingkan dengan pria. Penelitian berdekade-dekade
menemukan bahwa pria lebih mungkin untuk memiliki lebih banyak
pasangan hubungan seksual di luar nikah dibandingkan dengan wanita.
Akan tetapi secara keseluruhan , penemuan CDC menyatakan bahwa pria
Amerika sama tertariknya untuk membina keluarga yang seirus
dibandingkan dengan wanita.
Tapi
masih ada masalah lain dalam metode survei menurut teori evolusi.
Beberapa pengkritik telah mempertanyakan
asumsi yang mendasari
survei-survei tersebut, bahwa jawaban responden mengggambarkan dengan
baik pemilihan keputusan dan tindakan sebenarnya dari mereka. Ketika
anda menanyakan seseorang tentang apa yang lebih membuat mereka
melakukan hubungan seksual dengan orang lain atau pasangan mereka
melakukan hubungan seksual dengan orang lain atau pasangan mereka
jatuh cinta dengan orang lain, wanita biasanya lebih mungkin,
daripada pria, untuk berkata bahwa ketidaksetiaan emosional lebih
buruk (meskipun sangat bervariasi antar budaya). Akan tetapi ketika
seorang peneliti menanyakan kepada orang-orang mengenai pengalaman
mereka sebenarnya dengan ketidaksetiaan, pria dan wanita tidak
berbeda sama sekalu dalam sisi perhatian mereka terhadap aspek
emosional atau seksual dari perilaku pasangan mereka (Harris, 2003).
Bahkan, pria yang seharusnya mekhluk yang lebih pecemburu pada aspek
seksual, secara signifikan lebih dapat menoleransi ketidaksetiaan
pasangannya dalam hal seksual dibandingkan dengan wanita, di mana
wanita akan lebih cenderung mengakhiri hubungan apabila hal itu
terjadi.
Pada kesimpulan, kita harus lebih berhati-hati dalam
mengintresprestasi hasil survei yang tampaknya mendukung pendekatan
evolusi. Apa yang dikatakan pada mahasiswa mengenai berpasangan dan
berkencan tidak selalu sama pada setiap orang, dan apa yang mereka
katakan tentang berpasangan dan berkencan tidak harus seiring dengan
apa yang mereka sebenarnya lakukan.
Sumber: Buku Psikologi, edisi kesembilan, jilid 1. Carole Wade. Carol
Travris.
0 komentar:
Posting Komentar