Perubahan Developmental
National
Council of Teachers of Mathematics (NCTM, 2000) telah mendeskripsikan prinsip
dasar dan standar untuk matematika pada level grade yang berbeda. Kita mulai
dengan prinsip dan standar untuk anak TK sampai grade 2.
Taman kanak-kanak sampai Grade 2. Anak-anak
sudah memiliki pemahaman substansial terhadap angka sebelum mereka masuk ke
grade satu. Kebanyakan anak TK dari keluarga mengengah ke atas dapat menghitung
sampai 20 atau lebih, dan bahkan banyak yang set dengan akurat dan dapat
menambah dan digit (misalnya 8 lebih besar dari 6) (Siegel & Robinson,
1982.
Anak-anak
mungkin memasuki SD dengan level pemahaman matematika yang berbeda-beda (NCTM,
2000; Schoenfels, 2002). Beberapa naak akan membutuhkan dukung tambahan untuk
pembelajaran matematika. Menurut NCTM (2000), penilaian awal harus dipakai
untuk mendapatkan anak yang pandai matematika dan yang tidak.
Pemahaman aspek
dasar dari angka dan geometris sangat di masa taman kanak-kanak sampel grade
2(NCTM, 2000). Misalnya, pada level grade ini, anak perlu belajar system
penghitung berbasis sepuluh. Mereka harus tahu bahwa kata sepuluh mungkin
merepresentasikan satu entitas tunggal atau sepuluh unit terpisah (10 satuan)
dan bahwa representasi ini bisa dipertukarkan.
Grade 3 sampai 5. tiga tema utama dari
matematika di grade 3 sampai 5 adalah:
·
Penalaran multiplikatif (multiplicative reasoning). Penekanan pada penalaran ini akan
membantu mengembangkan pengetahuan yang diperoleh murid saat mereka akan masuk
ke grade pertengahan, dimana fokusnya adalah pada penalaran pemahaman mereka
tentang fraksi sebagai baigan dari keseluruhan dan sebagai sebuah atau bagian.
·
Ekuivalensi (equivalence).
Konsep ekuivalensi membantu murid untuk mempelajari representasi metekatika
yang berbeda-beda dan member kesempatan untuk mengekolorasi ide-ide aljabar.
·
Kelancaran penghilang (computational fluency). Murid harus mempelajari metode berhitung
yang efisien dan akurat yang didasarkan pada pemahaman yang benar terhadap
property dan hubungan angka. Misalnya, 298 x 42 bisa dilihat sebagai (300 x 42)
– (2 x 42), atau 41 x 16 adalah sama dengan mengalihkan 41 x 8 = 328 lalu
dikalikan 2 sehingga diperoleh 656.
Grade 6 sampai 8. Di sekolah menengah
(SMP), murid mendapat manfaat dari pelajarn matematika yang memasukkan
palajaran aljabar dan geomerti. Guru dapat membantu murid memahami bagaimana aljabar dan
geometri saling terkati. Matematika di sekolah menangah juga harus
mempersiapkan murid untuk menangani solusi koantitatif dalam kehidupan mereka
di luar sekolah.
Murid
mengembangkan penalaran matematika dengan lebih kuat apabila mereka mempelajari
aljabar. Persamaan tunggal dapat merepresentasikan variasi situasi mempelajari
aljabar. Persamaan tunggal dapat merepresentasikan variasi yang tak terbatas.
Akan tetapi, bahkan dapat merepresentasikan variasi situasi yang tak terbatas.
Akan tetapi, bahkan banyak murid yang mendapatkan nilai baik di pelajari
aljabar. Akan tetapi, bahkan banyak murid yang mendapat nilai baik di palajaran
aljabar. Persamaan tunggal dapat merespresentasikan nilai baik di pelajaran
aljabar, mengingat persamaan matematika. Pendekatan ini mungkin bagus di kelas,
tetapi membatasi kemampuan murid menggunakan aljabar di dalam konteks dunia
nyata (Heid, 2002).
Grade 9 sampai 12. NCTM (2000)
merekomentasikan agar semua murid harus mempelajari matematika di sepanjang
SMA. Karena minat murid mungkin berubah selama dan sesudah SMA, mereka mungkin
akan mendapat manfaat dari pelajaran matematika. Mereka harus mengalami
kamampuan aljabar, geomerti, statistic, probabilitas, dan matematika diskrit
(termasuk matematika computer). Mereka haru pandai dalam menvisualisasikan,
mendeskripsikan, dan menganalisis situasi dalam term matematika. Mereka juga
harus bisa menjustifikasi dan membuktikan ide-ode barbasisi matematika.
Kontroversi dalam Pendidikan Matematika
Kebanyakan
orang menganggap bahwa matematika adalah bidang hitung menghitung. Namun, ahli
matematika memandang perhitungan hanyalah alat dalam matematika yang
sesungguhnya, yang melibatkan pemecahan soal matematika dan pemahaman struktur
dan pada pola dalam matematika mereka akan mereflesikan apa yang mereka anggap
penting dalam matematika. Hingga kini ada debat hangat tentang bagiamana
seharusnya pengajaran matermatika dilakukan.
Pada pendidik
dewasa ini memperdebatkan apakah matematika diajarkan dengan menggunakan
pendekatan kognitif ataukah pendekatan latihan computasional (Batcheldar, 2000,
Stevenson, 2000). Beberapa pendukung pendekatan kognitif menentang memorisasi
dan latihan pengajaran matematika. Sebaliknya, mereka menekankan pemecahan problem
matematika konstrutivis.yang lainnya mengasumsikan bahwa kevepatan dan
keotomatisan adalah factor dasar untuk mencapai prestasi yang efektif dan
mereka berpendapat bahwa keterampilan tersbut hanya dapat diperoleh melaui
latihan yang ekstensi ini, instruksi yang efektif harus difokuskan semakin
popular. Dalam pendekatan memecahkan soal dan megembangkan konsep dari
mengeplorasi efisiensi solusi alaternatif.
Apa pu
pendekatan yang adan anut, adalah jelas pendidikan matematika sedang mengalami
perubahan dramatis. (Tucker, Singleton, & Weaver, 2002). Di masa lalu
ketika teknologi belum canggih, terhitung dengan pena dan kertas mungkin bisa
efektif, tetapi metode itu tidak lagi banyak berguna dalam abad mungkin bisa
efektif, tetapi metode itu tidak lagi banyak berguna dalam abad computer dan
teknologi lain yang membutuhkan pemahaman matematika dengan cara yang berbeda
(Posamentier & Stepelman, 2002). Untuk menghadapi tantangan baru ini, NCTM
(2000) mengembangkan sejumlah standar pendidikan matematika diajarkan pada
level grade yang berbeda-beda. Standar ini menekankan bahwa pengajaran
matematika harus membaeri murid kesempatan untuk:
- Memahami angka dan operasi perhitungan.
- Mempelajari prinsip aljabar dan geomerti.
- Memahami cara mengukur atribusi dari objek dan inut pengukuran.
- Mengumpulkan, mengorganisir, menganalisis, dan menampilkan data, serta memahami konsep dasar dari probabilitas.
- Memecahkan problem.
- Menggunakan pnalaran sistematik di banyak area matematika yang berbeda.
- Mengorganisasikan dan mengonsolodasi pemikiran matematika melalui komunikasi, termasuk mengerjakan soal bersama teman sekelas.
- Mengenali hubungan di antara ide-ide matematika dan mengaplikasi matematika dalam konteks di luar matematika.
Beberapa Prinsip Konstruktivis
Dari perspektif
konstruktivis, prinsip yang didiskusikan di bawah ni harus diikuti untuk
mengajarkan matematika (Middleton & Goepfret, 1996).
Menjadikan Matematika Realistis dan Menarik. Dilakukan pengajaran
matematika di seputar problem yang realistis dan menarik. Problem ini mungkin
melibatkan sejumlah konflik, ketegangan, atau krisis yang memotivasi minat
murid. Aktivitas pemecahan soal matematika mungkin berpusat pada murid, isu,
komunitas, penemuan ilmiah, atau peristiwa historis. Permainan matematika dapat
member konteks yang memotivasi pembelajaran matematika. Pertanyaan yang bisa
diajukan guru selama permainan ini, misalnya, “Beberapa lagi kelereng yang
kalian butuhkan agar keluar angka 10?” adalah lebih bermakna ketimbang
pertanyaan problem tanpa konteks seperti kalian punya 4, berapa lagi yang harus
kalian tambahkan agar sama dengan 10?” Permainan matematika juga akan mendorong
murid untuk mendiskusikan strategi penghitung bersama murid lain, semisal
dengan teman sekelas atau dengan orang tua (Carpenter dkk. 1983) menghubungkan
matematika dengan pelajaran lain, seperti sains, geografi, membaca dan menulis,
juga sangat dianjurkan.
Mempertimbangkan Pengetahuan Murid yang Sudah Ada. Evaluasilah apa
pengetahuanyang dibawa murid dan konteks di mana instruktur dilakukan. Beri
informasi yang cukup dibawa murid dan konteks di mana instruktur dilakukan.beri
informasi yang cukup untuk murid agar mereka mampu menguasai metode untuk
memcahkan soal matematika tetapi, simpan informasi secukupnya metode untuk
mmecahkan soal matematika tetap simpan informasi secukupnya dengan tujuan agar
murid memperluas sendiri cakrawala pemikiran untuk memecahkan problem.
Buatlah kurikulum matematika interaktif secara social. Susunan
proyek atau tugas metematika yang mensyaratkan agar murid belajar sama untuk
mendapatkan solusi. Beri murid kesempatan untuk menggunakan dan meningkatkan
kahlian komunikasi mereka. Buatlah proyek matematika yang memicu diskusi,
argument dan kompromi.
Proyek matematika inovetif. Minat untuk pelajara matematika lebih
konstruktivis telah memunculkan sejumlah program inovati (Middleton &
Goepfert, 1996). Program itu mencakup program untuk SD, SMP, dan SMA. Kami akan
mendeskripsikan program tersebut untuk masing-masing level.
Sekolah dasar. Everyday
Mathematics adalah program SD yang dibuat University of Chicage School
Mathematics Project. Cirri utamanya adalah level aktivitas matematika yang amat
menarik. Kebanyakan aktivitas ini dilakukan bersama Patner atau dalam kelompok kecil yang menekankan pada diskusi,
eksplorasi, dan proyek (tugas). Untuk informasi lebih lanjut tentang Everyday Mathematics,
hubungi: Everyday Learning Coporation di (888) 772-4543 atau kunjungi Http://everydaymath.uchicago.edu/
Sekolah lanjutan tingat pertam.Connected
Mathematics Project didanai oleh Nation Science Foundation. Program ini
difokuskan pada lima tema: (1) pemahaman (2) koneksi (3) intestigasi (4)
representasi dan (5) teknologi. Koneksi dengan disiplin lain seperti sains,
ilmu social, dan bisnis sangat ditekankan. Banyak problem matematika difokuskan
pada pengalaman pemecahan problem seperti yang didefinisikan oleh NCTM dalam Curriculum and Evalluation Standards, dengan
tujuan mengembangkan konsep utama di bidang berikut: angka, geomerti,
probabilitas, atatistik, pengukuran, dan aljabar.
Sekolah
lanjutan tingkat atas. Lateractive Mathematics Program (IM) adalah
kurikulum matematika SMA yang memnuhi kebutuhan murid. IMP menekankan pemecahan
masalah matematika dalam konteks; problem yang kompleks dan luas; keahlian
komunikasi dan penulisan; dan teknologi. Selama belajar SMA , murid mengerjakan
problem dalam urutan spiral, member mereka kesempatan untuk mengembangkan
pemahaman matematika canggih. Murid pemikiran matematika mereka.
Teknologi dan Instruksi Matematika
Salah satu isu
pendidikan matematika adalah seberapa interaktif teknologi bagi matematika itu
seharusnya (Heid & Blume, 2002). Curriculum
and Evaluation Standard dari NCTM merekomendasikan agar kalkultor dipakai
untuk semua level instruksi matematika dan beberapa akses ke computer juga
perlu agar murid mendapat pendidikan yang memadai untuk masa depannya. Di banyak
system sekolah, dana yang memadai untuk pengadaan computer masih merupakan
masalah besar. Salah satu rekomendasi oleh pakar kurikulum matematika James Middleton
dan Folly Goepfert (1996) adalah daripada membuat satu lab dengan computer berspesifikasi
rendah, lebih baik sekolah membeli satu koputer yang benar-benar bagus dan
canggih untuk satu kelas, dan satu perangkat proyektor atau monitor layar
lebar. Ini akan membuat murid bisa setiap hari berpartisipasi dalam menggunakan
teknologi yang signifikan.
Berbeda dengan
guru-guru AS, guru-guru Jepang dan Cina tidak mengizinkan penggunaan kalkulator
dan computer setiap hari untuk pelajaran matematika. Sebab mereka ingin agar
murid memahami konsep dan operasi perhitungan yang dibutuhkan untuk memecahkan
konsep dan operasi perhitungan yang dibutuhkan untuk memcahkan problem. Beberapa
kritikus mengatakan kemampuan penggunaan teknologi sejak awal di Amerika akan
mengurangi kemampuan murid Amerika untuk memahami objek konkret yang mereka
butuhkan untuk mempelajari konsep metematika (Stevenson, 2001). Murid-murid di
Asia Timur mempelajari konsep matematika (Stevenson, 2001). Murid-murid di Asia
Timur baru boleh menggunakan kalkulator untuk pelajaran matematika setelah
mereka masuk SMA dan memahami konsep-konsep matematika secara jelas. Dalam data
dari National Assessment of Education Progress, murid grade empat yang sering menggunakan kalkulator mendapatkan nilai
yang rendah untuk pelajaran matematika, sedangkan grade delapan dan dua belas
yang sering menggunakan kalkulator mendapatkannilai yang lebih baik.
Berhubungan dengan Orang Tua
Deskripsi Family Math, sebuah pogram yang membantu
orang tua mempelajari matematika bersama anak-anaknya secara suportif. Selain member
tahu orang tua tentang Family Marth, cobaan mengadakan malam matematika bersama
keluarga, terutama pada awal tahun sekolah. Beri tahu orang tua bagaimana murid
mempelajari metematika dan memecahkan persoalan. Pada malam metematika bersama
keluarga ini, tawarkan sumber daya yang dapat dipakai orang tua di rumah untuk
membantu anaknya mempelajari matematika secara lebih efektif.
Jika anga
mengajar matematika, salah satu langkah yang baik adalah bergabung dengan NCTM
dan menggunakan sumber dayanya. NCTM menyelenggarakan pertemanan tahuan,
memulihkan buku pedoman tahunan yang berisi bab-bab tentang perkembangan
terbaru dalam pendidikan matematika, dan memulihkan jurnal-jurnal seperti Mathematics Teacher. Untuk informasi
lebih lanjut tentang NCTM hubungi (703) 620-9840 atau kunjungi http://www.netm.org/.
0 komentar:
Posting Komentar