Membaca (reading) adalah kemampuan untuk memahami diskursus tertulis. Anak-anak tidak bisa dikatakan membaca jika mereka hanya membaca kata, seperti dalam taman kanak-kanak. Membaca mebutuhkan penguasaan aturan dasar dalam fonologi, morfologi, sintaksis dan semantic. Anak yang kemampuan tata bahasanya buruk, baik dalam konteks bicara atau mendengar dan tidak memahami apa maksud dari ucapan “mobil itu diseruduk oleh truk”, maka ia juga tidak bisa memahami maknanya ketika pernyataan itu dalam bentuk tulisan. Apabila anak tidak bisa menentukan kepasa siapa acuan dari suatu kata ganti (misalnya, John pergi ke took bersama anjingnya. Tetapi ia tersesat), maka ia tak akan mampu memperoleh pemahaman dari membaca.
Apa pendekatan untuk mengajar membaca bagi anak? Para pakar pendidikan dan bahasa masih berbedat tentang bagaimana anak seharusnya diajar membaca dan bahasa masih berdebat tentang bagaimana anak seharusnya diajar membaca (Rayner, 2000). Debat itu adalah antara para pendukung pendekatan fonetikdan keahlian dasar pendukung bahasa keseluruhan:
· Pendekatan
Forensik dan Keahlian dasar. Pendekatan ini menggunakan pengajaran phonemic awarenese (membagi dan mengolah
suara dalam kata) dan phonies (mempelajari
bahwa suara diwakili oleh huruf yang dapat dipadukan untuk membentuk kata).
Materi bacaan awal haruslah sederhana (Meyer, 2002). Setelah mereka mempelajari
aturan fonologi barulah mereka dapat diberi buku dan puisi. Anda dapat membaca
tentang cara meningkatkan kemampuan fonetik anak dalam Kotak Technology and Educationdi halaman
berikut ini.
· Pendekatan
bahasa keseluruhan. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa instruksi membaca
harus parallel dengan pembelajaran bahasa alamiah anak. Sejak awal, materi
bacaan harus menyuruh dan bermakna. Artinya, dan pengajaran membaca awal, anak
harus diberi materi dalam bentuk yang komplet, seperti cerita dan puisi. Dengan
cara ini, kata pendukung pendekatan ini, anak belajar memahami fungsi
kkomunikasi dari bahasa. Pendekatan bahasa keseluruhan mengimplikasikan bahwa
murid tanpa perlu mendeteksi bagaimana setiap huruf membentuk suara. Dalam
pendekatan ini, membaca harus dihubungkan dengan keahlian menulis dan
mendengarkan. Juga dalam pendekatan ini, membaca sering kali diintegrasikan
dengan keterampilan dan mata pelajaran lain, seperti sains dan studi membaca
materi yang relevan dengan dunia riil, seperti korang dan buku, dan menyruh
mereka untuk menulis dan mendiskusikannya.
Pendekatan mana yang paling baik?
Para periset menemukan bahwa ank akan mendapat manfaat dari kedua pendekatan
tersebut. Mereka menemukan bukti kuat bahwa manfaat dari kedua pendekatan
fonetik dan keahlian dasar seharunya dipakai dalam mengajar anak untuk membaca
tetapi dan bahw a murid mendapstkan
banyak manfaat dair pendekatan bahasa menyeluruh dengan membaca tulisan
tentang dunia nyata (Fux & Hull, 2003; Graham & Harris, 1994: Wilson
dkk, 2001).
Ini adalah kesimpulan dari
National Reading Panel (2000), yang melakukan ulasan komprehensif atas riset
tentang membaca. Panel itu, yang beranggotakan pakar-pakar membaca terkemuka,
menemukan bahwa instruksi kesadaran fonologis sangat efektif jika
dikombinasikan dengan latihan membaca huruf dan sebagai bagian dari program
membaca total. Training fonologis
paling efektif membutuhkan dua keahlian utama : blending (mendengar serangkaian suara ucapan dan mencampurkannya,
seperti /g/ /o/ = go) dan segmentation (mengeja atau menghitung
suara dalam kata, seperti /g/ /o/ =go,
yang terdiri dari dua suara). Para periset juga menemukan bahwa kesadaran
fenologis akan mengingkat jika diintegrasikan dengan membaca dan menulis,
disajikan secara sederhana, dan dipelajari dalam kelompok kecil (Stahl, 2003).
Kesimpulan lain yang dikemukakan oleh National Reading Panel (2000) menyatakan
bahwa kemampuan membaca anak akan mengingkat jika dilatih dengan membaca secara
lisan secara terbilang (menyeluruh murid membaca keras-keras dengan bimbingan
dan umpan balik) dan mengaplikasikan strategi pemahaman membaca mereka untuk
meningkatkan instruksi membaca.
Dalam studi yang lebih baru,
Michael Pressley dan kawan-kawannya (2001) meneliti instruksi membaca di lima
kelas di AS. Berdasarkan kinerja fiteras akademik dan kelas, efektifvitas murid
dianalisis. Dalam kelas paling efektif, guru menunjukkan manajemen kelas yang
baik berdasarkan penguatan positif dan kerja sama; penyeimbang pengajaran
keahlian, literature, dari menulis:
scaffolding dan menyesuaikan tugas dengan tingkat keahlian murid; mendorong
murid untuk mengatur diri sendiri; dan menghubungkan beberapa area pelajaran.
Secara umum, observasi yang ekstensif tidak mendukung pendekatan membaca
tertentu saja (seperti pendekatan bahasa keseluruhan atau keahlian dasar dan
fonetik); tetapi instruksi yang efektif membutuhkan komponen yang beragam dan
terintegrasi dengan baik. Satu poin penting dalam studi ini adalah bahwa
instruksi membaca yang efektif membutuhkan komponen yang beragam dan
terintegrasi dengan baik. Satu poin penting dalam studi ini adalah bahwa
instruksi membaca yang efektif melibatkan lebih dari satu pendekatan saja,
tetapi juga membuthkan menajemen kelas yang efektif, dorongan pada murid afar
mengatur diri sendiri, dan koponen-komponen isinya.
Keahlian membaca perlu
dikembangkan. Dibutuhkan waktu dan usaha untuk menjadi pembaca yang ahli. Dalam
sebuha pelaian nasional, anak-anak grade
empat mendapat nilai yang lebih tinggi pada tes mebaca nasional saat mereka
membaca sebelas atau lebih halaman setiap harinya untuk tugas sekolah dan
pekerjaan rumah (National Assessment of Education Progress, 2000).
Sumber: Psikologi
Pendidikan , edisi kedua. John W. Santrock, Universty of Texas-Dallas.
0 komentar:
Posting Komentar