Ilmu perkembangan lain yang erat
hubungan dengan psikologi ialah ilmu politik. Kegunaan psikologi, khususnya
psikologi sosial dalam analisis politik, jelas dapat kita ketahui apabila kita
sadar bahwa analisis sosial, politik secara makri diisi dan diperkuat analisis
yang bersifat mikro. Psikologi sosial mengamati kegiatan manusia dari segi
ekstern (lingkungan sosial, fisik, peristiwa – peristiwa, gerakan – gerakan massa)
maupun dari segi interaksi (kesehatan fisik perorangan senagant, emosi).
Psikologi merupakan ilmu yang
mempunyai peran penting dalam bidang politik, terutama yang dinamakan “massa
psikologi”.
Justru karena prinsip – prinsip politik
lebih luas daripada prinsip – prinsp hukum dan meliputi banyak hal yang berbeda
di luar hukum dan masuk dalam yang lazim dinamakan “kebijaksanaan”, bagi para
politik, sangat penting apabila mereka dapat menyelamu gerakan jiwa dari rakyat
pada umumnya, dan golongan tertentu pada khususnya, bahkan juga dari oknum
tertentu.
Kerap terdengar suata dalam
masyarakat bahwa tindakan tertentu pemerintah dinyatakan “psikologis” kurang
baik. Biasanya, suara seperti ini tidak dijelaskan lebih lanjut, dan
orang-orang dianggap dapat menangkap apa yang dimaksudkan.
Selain memberi berbagai pandangan
baru dalam penelitian mengenai kepemimpinan, psikologi sosial dapat pula
menerangkan sikap dan reaksi kelompok terhadap keadaan yang dianggapnya baru,
asing, ataupun berlawanan dengan konsentrasi masyarakat mengenai gejala sosial
tertentu.
Psikologi sosial juga bisa
menjelaskan bagaimana sikap (attitude)
dan harapan (expectation) masyarakat
dapat melahirkan tindakan serta tingkah laku yang berpegangan teguh pada
tuntutan sosial (conformity).
Salah satu konsep psikologi
sosial yang digunakan untuk menjelaskan perilaku untuk memilih pada pemilihan
umum adalah berupa identifikasi partai. Konsep ini merujuk pada persepsi
pemilih atau partai – partai yang ada atau keterikatan emosional pemilih
terhadap partai tertentu.
Untuk memahami perilaku, bisa
digunakan beberapa pendekatan. Namun selama ini, penjelasan teoritis tentang voting behavior didasarkan pada du model
atau pendekatan, yaitu pendekatan sosiologi dan pendekatan psikologi (Asfar,
1996).
Dalam hal pendekatan psikologis,
seperti namanya, pendekatan ini menggunakan dan mengembangkan konsep psikologi –
terutama konsep sikap dan sosialisasi – untuk menjelaskan pilihan karena
pengaruh kekuatan psikologis yang berkembang dalam dirinya sebagai produk dari
proses sosialisasi. Mereka menjelaskan bahwa sikap seseorang – sebagai dalam
mempengaruhi pemilih
Sumber: Psikologi Umum. Drs. Alex Sobur, M. Si. (Hlm
66 -67)
baik sekali
BalasHapushttp://http%3A%2F%2Fblog.binadarma.ac.id%2Fkurniawan.wordpress.com