Teori belajar menurut psikologi
Gestalt sering kali disebut insight full
learning atau field theory. Ada pula istilah lain yang
sebetulnya identik dengan teori ini, yaitu organismic,
pattern, holostic, integration, configuration,dan closure.
Dalam sebuah eksperimen, Wolfgang
Kohler, pendiri aliran psikologi Gestalt, menempatkan seekor simpane yang
bernama Sultan ke dalam sangkar yang di dalamnya berisi dua potong bambu; yang
satu berukuran kecil, satunya lagi lebih besar garis tengahnya. Di luar sangkar
tersebut diletakkan sebuah pisang, yang jatahnya tidak terjangkau, baik oleh
tangan Sultan maupun oleh salah satu dari kedua bambu itu.
Selanjutnya, Sultan yang telah
mengerti cara meraih pisang ke dalam sangkar dengan sepotong bambu, tidak
berhasil mendapatkan pisang tersebut dengan salah satu bambu yang tersedia.
Kemudian, diletakkannya sepotong bambu di tanah dan didorongnya dengan sepotong
bambu lain, sehingga menyentuh pisang itu. Hal ini tidaklah memecahkan
problemnya, tetapi sekedar memberi kepuasan karena ia dapat mengadakan kontak
dengan pisang itu. Kemudian, kedua bambu itu ditariknya kembali, lantas
dipermainkan sampai akhirnya, secara kebetulan, Sultan meletakkan ujung bambu
yang satu ke ujung bambu yang lain. Segera setelah itu, bambu yang satu
dimasukkan ke bambu yang lain. Segera berwujud sebuah tongkat yang cukup
panjang, lalu larilah Sultan ke tepi sangkar dan menarik pisang tersebut.
Tingkah laku Sultan berbeda
sekali dengan tingkah laku kucing percobaan Thorndike, seperti telah diuraikan
di muka.
Sultan menyadari pertautan – pertautan
yang relevan, yang terkadang di dalam pemecahan tugasnya dengan pasti dan
segera tampaknya, ia mengombinasikan ingatannya mengenai “menarik pisang ke
dalam sangkar” dan persepsi tentang sambungan bambu. Untuk bisa melakukan ini,
ia harus me – reconditioning dirinya;
dia harus melepaskan tentang “menarik pisang ke dalam sangkar” dari gambaran
tentang “mengeluarkan sepotong bambu keluar sangkar”, dan menghubungkan dengan
gambaran sitntetis tentang “mengeluarkan bambu yang disambung”.
Dalam kasus Sultan di atas,
berlakulah apa yang disebut dengan hukum “closure” dan hukum “proksimitas”,
yaitu adanya kecenderungan yang kuat untuk mempersepsikan pola – pola yang
tidak lengkap sebagai keseluruhan seperti dalam persepsi, dan bahwa item – item
yang saling berdekatan cenderung untuk dikelompokkan. Dalam memecahkan problem
semacam itu, binatang mendemonstrasikan apa yang oleh psikolog disebut
pengertian Gestalt tentang problem. Bedanya dengan manusia adalah tingkat
simbolisasi pada binatang itu rendah (Mahmud, 1990).
Jiwa manusia, menurut aliran ini,
adalah suatu keseluruhan yang berstruktur atau merupakan suatu sistem, bukan
hanya terdiri atas sejumlah bagian atau unsur yang satu sama lain terpisah, yang
tidak mempunyai hubungan fungsional. Manusia adalah individu yang merupakan
berbentuk jasmani – rohani. Sebagai individu, manusia itu bereaksi, atau lebih
tepatnya berinteraksi, dengan dunia luar, dengan kepribadiannya, dan dengan
cara yang unik pula. Sebagai pribadi, manusia tidak secara langsung bereaksi
terhadap suatu perangsang, dan tidak pula reaksinya itu dilakukan secara trial and error seperti dikatakan oleh
penganut teori conditoning. Interaksi manusia terhadap dunia luar bergantung pada cara ia menerima stimulus dan
bagaimana serta apa motif – motif yang ada padanya. Manusia adalah makhluk yang
memiliki kebebasan. Ia bebas memilih cara begaimana ia berinteraksi; stimulus
mana yang diterimanya dan mana yang ditolaknya.
Atas dasar itu, maka belajar,
dalam pandangan psikologi Gestalt, bukan sekedar proses asosiasi antara
stimulus – respons yang kian lama kian kuat disebabkan adanya berbagai latihan
atau ulangan – ulangan. Menurut aliran ini, disebabkan adanya berbagai latihan
atau ulangan – ulangan. Menurut aliran ini belajar itu terjadi apabila terdapat
pengertian (insight). Pengertian ini
muncul jika seseorang. Setelah beberapa saat, mencoba memahami suatu problem,
tiba – tiba muncul adanya kejelasan, terlihat olehnya hubungan antara unsur –
unsut yang satu dengan yang lain, kemudian dipahami sangkut – pautnya, untuk
kemudian dimengerti maknanya.
Prinsip – prinsip belajar berikut
ini lebih merupakan rangkuman atau kesimpulan dari teori psikologi Gestalt:
- Belajar dimulai dari suatu keseluruhan, kemudian baru menuju bagian – bagian. Dari hal – hal yang sangat kompleks menuju hal - hal yang lebih sederhana.
- Keseluruhan memberi makna pada bagian – bagian. Bagian – bagian terjadi dalam suatu keseluruhan. Bagian – bagian itu hanya bermakna dalam rangka keseluruhan tersebut.
- Belajar adalah penyesuaian dir dengan lingkungan. Seseorang belajar jika ia dapat bertindak dan berbuat sesuai dengan yang dipelajarinya.
- Belajar akan berhasil bila tercapai kematangan untuk memperolah pengertian. Pengertian adalah kemampuan hubungan antara berbagai faktor dalam situasi yang problematis.
- Belajar akan berhasil jika ada tujuan yang berarti bagi individu.
- Dalam proses belajar itu, individu selalu merupakan organisme yang aktif, bukan bejana yang harus disi oleh orang lain.
Sumber: Psikologi Umum. Drs. Alex Sobur, M. Si. (Hlm. 232 –
234)
0 komentar:
Posting Komentar