Manusia merupakan suatu jenis
makhluk cabang dari semacam makhluk primate yang telah melalui proses evolusi.
Soal asal mula dan proses evolusi makhluk manusia itu secara khusus dipelajari
dan teliti oleh suatu subilmu dari antorpologi biologi, yaitu ilmu paleoantropologi
Ilmu tersebut meneliti fosil tubuh manusia yang terkandung dalam lapisan –
lapisan bumi. Namun karena manusia yang hanya merupakan suatu cabang yang
paling muda dari makhluk primate itu, maka soal asal mulanya dan proses evolusi
tidak dapat dilepaskan dari seluruh proses dan proses evolusinya tidak dapat
dilepaskan dari seluruh proses percabangan dari makhluk – makhluk primate pada umumnya. Walaupun masih
terdapat banyak perbedaan pendapat antara para ahli paleoantopologi mengenai
berbagai aspek dari proses percabangan itu, tetapi akhir – akhir ini mereka
telah sepaham mengenai garis besar proses tersebut. Selain menganalisis data
mengenai fosil – fosil kera dan manusia yang tersimpan dalam lapisan bumi,
mereka juga mempergunakan data ilmu – ilmu lain seperti paleogeografi,
paleoekologi, serta metode analisis potassium argon dari ilmu geologi.
Menurut penelitian paling akhir,
makhluk pertama dari suku primata
muncul di muka bumi sebagai suatu cabang dari makhluk mamalia (binatang
menyusui) sudah kira – kira 70-juta tahun yang lalu, di dalam suatu zaman yang
oleh para ahli geologi disebut Kala Puleosen bercabang lebih lanjut ke dalam
berbagai subsuku dan infrasuku khusus, dan diantaranya telah terjadi proses
percabangan antara keluarga kera – kera pangid
(kera – kera besar) dari keluarga hominid
yang merupakan anggota makhluk nenek moyang manusia. Rupa – rupanya telah
terjadi paling sedikit lima proses percabangan. Percabangan yang tertua, timbul
kira – kira 30-juta tahun yang lalu dala Kala Eosen Akhir, merupakan
percabangan yang mengevolusikan kera gibbon (bylebatidae).
Cabang yang timbul kemudian, pada
permulaan Kala Miosen kira – kira 20 juta tahun yang lalu, adalah kera pengopygmeus atau orang utan. Daerah
asal orang tua adalah konon Afrika Timur yang ketika itu masih menjadi satu dengan daerah Arab, hingga
terletak lebih dekat pada Asia Selatan daripada sekarang Vegetasi di Afrika
Timur waktu itu belum berupa sabana dengan gerombolan – gerombolan hutan yang
jarang seperti halnya sekarang, tetapi masih tertutup hutan rimba, dan begitu
juga Asia Selatan. Orangutan memang merupakan makhluk kera yang tinggal dipucuk
– pucuk pohon besar dan tinggi, dan hidup dari buah – buahan besar, bebas dari
gangguan makhluk pucuk – pucuk pohon – pohohn besar di daerah butan rimba di
Asia Barat Daya, Asia Selatan, hingga Asia Tenggara dalam jangka 1 – 2 juga
tahun lamanya. Sementara itu, kira – kira pada bagian akhir Kala Miosen terjadi
beberapa perubahan besar pada kulit bumi dan pada lingkungan alamnya. Benua Afrika
membelah dari Asia sehingga terjadilah Laut Merah dan belahan bumi berupa
lembah yang dalam, bernama Great Rift
Valley, secara ekologi merupakan pemisahan alam yang membujur dari Utara ke
Selatan Antara Afrika Barat dan Tengah dengan Afrika Timur. Proses perubahan
besar lainnya adalah menyempitnya daerah hutan rimba di Afrika yang menyebabkan
lingkungan alam Afrika Timur menjadi sabana, terjadinya gurun di daerah Arah,
serta berkurangnya daerah hutan rimba di India. Kera Orangtua tadi tidak dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan – perubahan besar dalam lingkungan alamnya
sehingga menghilang dari Afrika, Asia Barat Daya, dan Asia Selatan, tetapi
dapat bertahan di Asia Tenggara tempat hutan timba lebat masih ada. Sampai
sekarang sisa Tenggara tempat hutan Rimba lebat masih ada. Sampai sekarang sisa
– sisanya yang terakhir masih hidup di hutan rimba Kalimantan Barat dan Tengah.
Cabang ketiga adalah sejenis
makhluk yang menurut perkiraan para ahli menjadi nenek moyang menusia.
Penaacabangan ini terjadi kira – kira 10 juta tahun yang lalu pada bagian
terakhir dari Kala Miosen. Fosil – fosil makhluk ini menunjukkan sifat yang
lain daripada yang lain, yaitu ukuran badan raksasa yang jauh lebih besar
daripada kera gorilla yang hidup sekarang. Fosil – fosil itu ditemukan di Bukti
Siwalik di kaki Gunung Himalaya, dekat Simla (India Utara), di sebuah kedai
jamu Cina di Hongkong,” dan di lembah Bengawan Solo di Jawa. Oleh para ahli
memperkirakan bahwa kera – manusia raksasa ini juga hidup dalam kelompok –
kelompok seperti halnya jenis – jenis kera besar lainnya, dan dengan demikian
dapat tahan hidup, berkembang biak, dan seperti orangtuanya, juga menyebar dari
Afrika ke Asia Selatan dan Tenggara. Namun, karena perubahan alam yang terjadi
dalam bagian akhir Kala Miosen, maka seperti halnya dengan orangtua, keera
manusia raksasa ini juga menghilang dari Afrika dan Asia Selatan dan hanya
bertahan di Asia Tenggara, hingga akhirnya kandas juga di sana karena sebab –
sebab yang belum dapat diketahui.
Cabang keempat adalah cabang –
cabang kera pangid yang lain yaitu
gorilla dan simpanse, terjadi kira – kira 12 juta yang lalu pada akhir Kala
Miosen. Kedua makhluk kera dari Afrika ini dapat menyesuaikan diri dengan
berevolusi mengembangkan organism yang dapat hidup di pohon maupun di darat.
Percabangan khusus atau spesifikasi biologi antara gorilla dan simpanse terjadi
karena perkembangan dari dua lingkungan ekologi yang khusus di Afrika Tengah
tadi berlangsung evolusi organism dari kera gorilla, sedangkan di daerah hutan
Afrika Barat berlansung evolusi organism dari simpanse.
Proses percabangan berikut, yang
rupa – rupanya terjadi di Afrika Timur, timbul dari evolusi makhluk gigantanthropy sebelumnya kera – kera
manusia raksasa itu menghilang dari Benua Afrika. Cabang inilah yang menurut
para ahli akan berevolusi menjadi makhluk manusia. Makhluk yang akan menurunkan
manusia ini berhasil menyesuaikan diri dengan proses menghilangnya hutan rimba
di Afrika Timur dan proses timbulnya sabana – sabana teruka dengna hutan –
hutan terbatas dan gelombang – gelombang berlukat tersebut di sana – sini.
Makhluk yang seperti apakah nenek moyang manusia tersebut?
Sumber: Pengantar Ilmu Antropologi. Prof. Dr.
Koentjaraningrat. (Hlm. 56 – 60)
0 komentar:
Posting Komentar