EKSPERIMEN PEMBEKUAN - Kumpulan Materi
Breaking News
Loading...
Minggu, 21 September 2014

EKSPERIMEN PEMBEKUAN

Kumpulan Materi Pada tahun 1942, angkatan perang Jerman mempelajari bagaimana cara merawat paling efektif untuk mengobati orang yang mengalami pembekuan pada suhu yang sangat dingin (hypothermia) yang dapat membawa kematian. Pada saat itu, ribuan pilot Jerman tertembak lawan dan jatuh ke Laut Utara pada subu beku, dan kemudian sakit atau meninggal kedinginan. Ketika itu diketahui bahwa manusia tidak dapat bertahan dari subu beku Laut Utama lebih dari satu atau dua jam.

Simulasi kondisi beku ini dibuat di berbagai kamp konsentrasi, seperti Dachau, Aushwitz, dan Birkenau di bawah supervise Dokter Sigmund Rascher yang melapor langsung pada Heinrich Himmler, komando tinggi Jerman. Percobaan pembekuan ini dilakukan dalam dua bagian. Pertama untuk melihat seberapa rendah suhu yang dapat membuat manusia meninggal. Kedua, bagaimana cara terbaik untuk menyelamatkan korban yang mengalami hal tersebut. Untuk menjawab masalah pertama, para tawaran Yahudi dan Rusi yang sehat, dipaksa untuk telanjang pada suhu di bawah pembekuan sampai sekitar 3 jam. Pengukuran dilakukan dengan memasukkan alat ukur mental ked alma pelepasan manusia. Didapati bahwa umumnya subyek kehilangan kesadaran dan meninggal ketika suhu tubuh turun sampai 770 F(250 C). tanda – tanda kematian berlansung dengan cepat. Dalam menyelidiki usaha penyelamatan, mereka yang masih hidup pada suhu dibawah pembekuan diberikan berbagai teknik pemanasa kembali. Beberapa diberikan berbagai rancangan pakaian penghangat, sementara yang lainnya ada yang dihangatkan melalui kopulasi. Berbagai teknik pemanasan tersebut kemudian dibandingkan efektivitasnya.

Penelitian ini banyak membuat korban meninggal. Di Dachau saja dipergunakan sekitar 300 tawanan yang dipaparkan pada situasi eksperimental pembekuan, dan sekitar 80 – 90 orang tawanan meninggal sebagai hasilnya. Belum lagi di kamp konsentrasi lainnya.





Sumber: Kode Etik Psikolog & Ilmuwan Psikologi. Aliah B. Purwakania Hasan (Hal 4 – 5)

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

 
Toggle Footer