SUBSTANSI (ISI) UTAMA BUDAYA - Kumpulan Materi
Breaking News
Loading...
Sabtu, 02 September 2017

SUBSTANSI (ISI) UTAMA BUDAYA

Kumpulan MateriSubstansi (isi) utama kebudayaan merupakan wujud abstrak dari segala macam ide dan gagasan manusia yang bermunculan di dalam masyarakat yang memberikan jiwa kepada masyarakat itu sendiri, baik dalam bentuk maupun berupa sistem pengetahuan, nilai, pandangan hidup, kepercayaan, persepsi, dan etos kebudayaan.

1. Sistem Pengetahuan

Sistem pengetahuan yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial merupakan suatu akumulasi dari perjalanan hidupnya dalam hal berusaha memahami:

a. Alam sekitar;

b. Alam flora di daerah tempat tinggal;

c. Alam fauna di darah tempat tinggal;

d. Zat – zat bahan mentah, dan benda – benda dalam lingkungan;

e. Tubuh manusia;

f. Sifat – sifat dan tingkah laku sesame manusia; dan

g. Ruang dan waktu.

Untuk memperoleh pengetahuan tersebut di atas manusia, maka melakukan tiga cara, sebagai berikut:

a. Melalui pengalaman dalam kehidupan sosial. Pengetahuan melalui pengalaman langsung ini akan membentukkerangka piker individu untuk bersikap dan bertindak sesuai dengan aturan yang dijadikan pedomannya.

b. Melalui pengalaman yang diperoleh baik pendidikan formal/resmi ( di sekolah) maupun dari pendidikan nonformal (tidak resmi), seperti kursus – kursus, penataran – penataran, dan ceramah.

c. Melalui petunjuk – petunjuk yang bersifat simbolis yang sering disebut sebagai komunikasi simbolis.


2. Nilai

Nilai adalah sesuatu yang baik selalui diinginkan, dicita – citakan dan dianggap penting oleh selurh manusia sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu, sesuatu dikatakan memiliki nilai apabila berguna dan berharga (nilai kebenaran), indah (nilai estetika), baik (nilai – moral atau etis), dan religious (nilai agama).

C. Kluchohn (1905 – 1906) mengemukakan, bahwa yang menentukan orientasi nilai budaya manusia di dunia adalah lima dasar yang bersifat universal, sebagai berikut:

a. Hakikat hidup manusia (MH).

b. Hakikt karya manusia (MK).

c. Hakikat waktu manusia (MW).

d. Hakikat alam manusia (MA).

e. Hakikat hubungan antarmanusia (MM).


3. Pandangan Hidup

Pandangan hidup merupakan pedoman bagi suatu bangsa atau masyarakat dalam menjawab atau mengatasi berbagai masalah yang dihadapinya. Di dalamnya terkandung konsep nilai kehidupan yang dicita – citakan oleh suatu masyarakat. Oleh karena itu, pandangan hidup merupakan nilai – nilai yang dianut oleh suatu masyarakat dengan dipilih secara selektif oleh individu, kelompok, atau bangsa.

4. Kepercayaan

Kepercayaan mengandung arti yang lebih luas daripadda agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Pada dasarnya, manusia memiliki naluri untuk menghambakan diri kepada yang Mahatinggi, yaitu dimensi lain di luar diri dan lingkungannya, yang dianggap mampu mengendalikan hidup manusia. Dorongan ini sebagia akibat atau refleksi ketidakmampuan manusia dalam menghadapi tantangan – tantangan hidup dan hanya yang Mahatinggi saja yang mampu memberikan kekuatan dalam mencari jalan keluar dari –permasalahan hidup dan kehidupan.

5. Persepsi

Persepsi atau sudut pandang ialah suatu titik tolak pemikiran yang tersusuh dari seperangkat kata – kata yang digunakan untuk memahami kejadian atau gejala dalam kehidupan.

Persepsi terdiri atas; 1) Persepsi sensoris, yaitu persepsi yang terjadi tanpa menggunakan salh satu indra manusia; 2) persepsi telepati, yaitu kemampuan pengetahuan kegiatan mental individu lain; dan 3) persepsi clairvoyance, yaitu kemampuan melihat peristiwa atau kejadian di tempat lain, jauh dari tempat orang yang bersangkutan.

6. Etos Kebudayaan

Etos atau jiwa kebudayaan (dalam antropolog) bersal dari bahasa Inggris berarti watak khas. Etos sering tampak pada gaya perilaku warga misalnya, kegemaran – kegemaran warga masyarakat, serta berbaga benda budaa hasil karya mereka, dilihat dari luar oleh orang asing. Contohnya, kebudayaan Batak dilihat oleh orang Jawa, sebagai orang yang agresif, kasar, kurang sopan, tegas, konsekuen, dan berbicara apa adanya. sebaliknya kebudayaan Jawa dilihat oleh orang Batak, memancarkankeselaran, kesuraman, ketenangan yang berlebihan, lamban, tingkah laku yang sukar ditebak, gagasan yang berbelit – belit, feodal, serta diskriminasi terhadap tingkatan sosial.





Sumber: Setiadi Elly M., Hakam Kama A., & Effendi Ridwan. (2006). Ilmu Sosial Budaya Dasar. Edisi ke-3. Jakarta: Prenadamedia Group. (Hal 30 -33)

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

 
Toggle Footer