Kritik cukup keras di kemukakan
oleh Schneiders (1964) yang menyatakan bahwa banyak teoritis yang gagal
membedakan konseling dan psikoterapi, padahal keduanya memiliki “akar” yang
berbeda. Baginya psikoterapi bukanlah sebagai konseling, dan konseling bukan
psikoterapi. Keduanya adalah dua hal yang memang berbeda.
Kebanyakan ahli berpandangan konseling dan psikoterapi terletak pada
berbagai aspek, diantaranya pendekatan yang digunakan, subjek yang dibantu,
pelaksanaannya, dan intensitas masalah yang dihadapi.
Pendekatan Pemberian Bantuan
Pendekatan suatu pemberian
bantuan (Helping) professional menurut
Hansen dkk. (1982) dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis, yaitu pemberian
dorongan (supportive), pemberian
pemahaman secara pemberian dorongan (supportive),
pemberian pemahaman secara reedukatif (insight-reeducative).
Suportif dapat dimaknakan sebagai pemberi dorongan kepada klien agar dapat
mengembangkan potensinya. Pemahaman dengan reedukatif berarti peningkatan
pemahaman tentang diri, masalah, dan konflik – konflik yang ada di dalamsadarnya untuk mencapai penyesuaian diri. Sedangkan pemahaman dengan
rekonstruktif berarti meningkatkan pemahaman tentang diri, konflik, dan
masalahnya yang ada di bawah sadarnya dengan melakukan rekonstruksi struktur
kepribadian klien. Dua pendekatan lebih banyak di lakukan melalui konseling,
sendangkan pendekatan terakhir dilakukan melalui psikoterapi Hansen, dkk
(1982).
Intervensi Masalah
Diantara perbedaan penting
konseling dan psikoterapi api menyangkut menyatakan bahwa kosenling dan
selenggarakan untuk menangani ketidakstabilan emosional, ketidakmampuan
mengontrol diri dan perasaan ego yang negative. Semangat psikoterapi lebih
menangani gangguan mental dan problem berat seperti konflik – konflik yang
serius, gangguan perasaan, dan sebagainya.
Pandangan ini sejalan dengan
Vance dan Volsky menjelaskan bahwa konseling menangani individu normal dengan
masalah – masalah ringan, sedangkan psikoterapi menangangi individu yang kurang
normal dan bermasalah berat Hansen dkk. (1982). Yang dimaksud individu normal
ditandai oleh kesadaran tekanan – tekanan yang sangat mendalam dan mengalami
masalah emosional dan neuritik sehingga perlu analisis ketidak sadarannya dan
usaha rekonstruksi kepribadiannya.
Konseling
|
Psikoterapi
|
Suporter dan Edukatif
|
Rekonstruktif
|
Vokasional
|
Emosional, Perilaku
|
Pemberian dorongan
|
Pemberian dorongan (dalam kondisi krisis)
|
Masalah yang situasional
|
Masalah emosional yang berat, neurotik
|
Pemecahan masalah
|
Rekonstruksi kepribadian
|
Dalam situasi yang sadar
|
Alam yang tidak sadar
|
Orang yang normal
|
Orang yang patologis
|
Saat ini dan akan datang
|
Masa lalu
|
Jangka pendek
|
Jangka panjang
|
Akibat tekanan lingkungan
|
Konflik emosional
|
Menyusun rencana yang rasional
|
Menyembuhkan masalah – masalah yang berat.
|
Mencegah masalah penyelesaian yang lebih berat
|
Mengerti berperilaku dalam kehidupan sehari –
hari.
|
Mengatasi Problem kehidupan sehari - hari
|
Mengatasi problem kehidupan sehari – hari.
|
|
|
(Hansen, J.C., Stevic, R.R. dan
Ricard W.W. (1977). Counselling: Theory and Process. 3th edition. New
York: Allyn and Bacon Inc. p. 13)
Selanjutnya Hansen, dkk. (1982)
menjelaskan bahwa dalam psikoterapi dilakukan terhadap individu yang mengalami
konflik interpersonal yang sangat mendalam, sedangkan konseling dilakukan
terhadap individu yang mengalami masalah – masalah berhubungan dengna peran
dalam kehidupan sehari – hari. Secara jelas tampak pada Gambar 1 bahwa
pekerjaan psikoterapis dan konselor adalah berbeda dilihat dari kedalam masalah
yang ditangani.
Nugent (1981) mengungkapkan bahwa
psikolog klinis dan psikiater di Amerika biasanya menggunakan terminology psikoterapi
untuk mendeskripsikan pekerjaannya dalam hal mendiagnostik dan melakukan
bantuan terhadap orang yang mengalami tekanan emosional kronis atau masalah
tingkah laku yang berat, sedangkan konseling menangani orang yang mengalami
kecemasan normal dan krisis situasional yang terjadi sehari – hari.
Cara penanganan
Sedangkan dilihat dari cara
penanganannya. Nelson –Jones (1982) menyebutkan beberapa perbedaan konseling
dan psikoterapi, meskipun perbedaan ini dapat diperdebatkan karena tidak
mungkin dapat didefinisikan secara pasti. Perbedaannya adalah bahwa konseling
lebih berorientasi pada klien, mementingkan hubungan, diselenggarakan dengan
pendekatan humanistik, dan kurang berkaitan dengan kegiatan medis. Sedangkan psikoterapi
dilaksanakan dengan lebih berorientasi pada terapi, menggunakan teknik yang
spesifik, kecenderungan menggunakan pendekatan psikoanalisis atau behavioristik,
dan banyak menggunakan penanganan secara medis.
Hal lain yang juga sebagai
gambaran tentang penggunaan kedua istilah tersebut dijelaskan oleh Black (1983)
dalam bukunya Short Term Counseling
yang disebutkan bahwa dalam tradisi di Amerika psikoterapi biasanya digunakan
untuk menunjukkan pekerjaan psikiater, sedangkan konseling digunakan
menjelaskan pekerjaan psikolog.
Dalam pandangan American
Psychologist Association (APA) kedua istilah ini tidak secara tegas dibedakan.
APA hanya membedakan antara clinicak
psychology dengan counseling
psychology. Adalah masalah kebiasaan penggunaan terminology yang
menyebabkan ada kecenderungan membedakan konsep psikoterapi dengan konseling. Sebagai
uruian yang lebih detail, table 1 adalah daftar perbedaan konseling dan
psikoterapi yang diperoleh dari berbagai sumber. Sehingga membuat klien
mengubah dalam afeksi, kognisi, dan tindakannya. Intervensinya dilakukan
berbagai bentuk secara individual, kelompok, keluarga, terapi yang berorientasi
pemahaman, dan perilaku Kazdin (1988).
Dari pengertian tersebut
menunjukkan bahwa konseling dan psikoterapi merupakan bagian dari intervensi
psikososial. Namun demikian, intervensi psikososial ini memiliki cakupan yang
sangat luas, termasuk di dalamnya adalah
pendidikan, modifikasi perilaku, dan penyebaran informasi. Prinsipnya, segenap
intervensi yang secara sengaja diberikan kepada orang lain untuk mengubah
persepsi, pikiran, perasaan, atau perilakunya dapat kita sebut sebagai
interevensi psikososial.
Dibandingkan dengan konseling dan
psikoterapi, intervensi psikososial lebih bersifat umum dan merupakan aplikasipsikologi yang dapat dilaksanakan oleh berbagai pihak dari kalangan profensional maupun non professional. Jika perlakuan tersebut dimaksudkan untuk
mengubah perilaku, pikiran, atau sikap individu atau kelompok maka dapatlah
disebut dan sasasran intervensi psikososial ini sangat luas.
Sumber: PSIKOLOGI KONSELING, Edisi Ketiga. Latipun. (Hlm. 8 –
12).
0 komentar:
Posting Komentar