Revolusi kebudayaan zaman batu
terjadi pada zaman muda atau neoliticum. Pada zaman ini kemahiran membuat alat
– alat dari batu sudah menunjukkan teknik yang sangat tinggi. Tradisi ini
kemahiran membuat alat – alat dari batu sudah menunjukkan teknik yang sangat
tinggi. Tradisi mengupam alat – alat batu telah dikenal luas dikalangan
penduduk kepulauan Indonesia. Bukti – bukti penemuannya memperlihatkan
tingkatan kronologis serta hubungannya dengan daratan Asia Tenggara dan Asia
Timur.
Alat – alat yang pada umumnya
diasah (diupam) adalah beliung dan kapak batu, dan di beberapa tempat
pengupaman juga dilakukan pada mata panah dan mata tombak. Beliung dan kapa
batu ditemukan tersebar di seluruh kepulauan dan sering kali dianggap sebagai petunjuk umum tentang masa bercocok
tanam di Indonesia. Selain kedua macam alat tadi, dalam masa berococok tanam
dihasilkan pula alat – alat obsidian dan mata panah yang digunakan sebagai alat
berburu dalam masa bercocok tanam ini, dan benda – benda seperti alat pemukul
kulit kayu dan perhiasan.
Beliung Persegi
Hasil budaya zaman batu baru yang
paling terkenal di Indonesia beliung persegi. Daerah penemuannya meliputi
hampir seluruh kepulauan Indonesia, terutama di bagian barat. Di luar Indonesia
alat –ala semacam ini ditemukan di
daerah Malaysia, Filipina, Vietnam, Khimer “Cina Jepang”, Taiwan, Muangthai,
dan polinesia.
Sebagian besar bentuk beliung
adalah memanjang dengan penampungan melintang persegi. Bagian – bagiannya diumpan
halus kecuali tangkainya. Tajamnya dibuat mengasah bagian ujung permukaan bawah
landai ke arah pinggir ujung permukaan atas. Dengan demikian akan diperleh
bagian yang sangat tajam. Macam beliung persegi yang paling terkenal adalah belincung, yaitu beliung berpunggung
tinggi yang bentuknya ada yang segitiga, segi lima, dan setengah lingkaran.
Variasi seperti itu banyak ditemukan di Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Bali.
Variasi beliung lainnya adalah:
- Beliung bahu sederhana. Tangkai beliung ini bentuknya kasar dan tidak serasi serta simetris seperti pada beliung bahu. Pengumpaman hanya dilakukan pada sebagian permukaan alat terutama bagian yang tajam.
- Beliung tangga. Disebut demikian karena bentuknya seperti gigir/bertangga. Caranya dengan memukul – mukul batu berbentuk gigiran. Daerah temuannya ada di Sulawesi dan Cina Selatan.
- Beliung atap. Bentuk kedua sisi sampingnya miring ke arah permukaan bawah sehingga membentuk penampang lintang berbentuk trapesium.
- Beliung bola. Bentuk kedua sisi sampingnya cekung menyerupai bola. Alat ini banyak ditemukan di Jepang, Taiwan.
- Beliung penarah. Bentuk alat ini panjang dengan penampang lintang persegi empat yang sisi – sisinya cembung dan penampang lintangnya hampir budar, tajamnya cekung ke bawah. Jenis ini biasanya berukuran besar dan alat ini ditemukan di Jawa Timur dan Bali.
Kapak Lonjong
Dinamakan kapak lonjong karena
bentuk penampangnya lonjong. Diduga perkembangan kapak lonjong jauh tua dibandingkan kapak persegi. Bukti – bukti
strategis telah ditunjukkan oleh T.
Harrison dalam ekskavasi yang dilakukan di Gua Niah, Serawak.
Pangkal kapak lonjong bentuknya
agak runcing dan melebar pada bagian tajamnya karena diasah darii dua arah
sehingga menghasilkan bentuk tajam yang simetris. Inilah yang membedakan kapak
lonjong dengan kapa persegi yang tidak memiliki ketajaman yang simetris.
Mengenai bahan yang dipakai pada
umumnya adalah batu kali yang berwarna kehitaman seperti kapak – kapak batu
yang sampai sekarang masih dipergunakan di Irian. Kadang kapak juga dibuat dari
netrit berwarna hijau tua. Kapak lonjong ada yang bentuknya kecil mungkin ini
berguna sebagai benda wasiat.
Daerah penemuan kapak lonjong di
Indonesia banyak ditemukan di daerah timur seperti Sulawesi, Sangirta laut
Flores, Maluku, Leti Tanimbar, dan Irian. Di luar negeri ada Birma, Cina,
Machuria, Taiwan, Jepang, Filipina, dan India.
Di negeri Cina dan Jepang tradisi
kapak lonjong berkembang pada masa bercocok tanam awal, sedangkan data
pertanggalan dari pedalaman Papua Nugini memberi petunjuk waktu 10 ribu tahun.
Sampai saat ini Indonesia belum mendapatkan pertanggalan yang pasti tentang
tradisi ribu tahun. Sampai saat ini Indonesia belum mendapatkan pertanggalan
yang pasti tentang tradisi kapak lonjong. Demikian pula penelitian Arkeologi
dan palaeontologi sampai saat ini belum berhasil mengungkapkan kembali
pendukung – pendukung tradisi kapak lonjong ini. diperkirakan kapak ini adalah
milik bangsa Proto Melayu atau Melayu Tua.
Kebudayaan zaman batu juga
mengalami kemajuan yang sangat pesat terutama zaman batu besar atau sering
disebut zaman megalithicum. Zaman megalithicum berkembanga pada masa
neolithicum. Hasil – hasil budayanya
rata – rata menggunakan batu besar seperti menhir, dolmen, saracophagus,
keranda, kubur peti batu, dan arca batu.
Sumber: Sejarah. Drs. Imron (Hlm. 38 – 39)
0 komentar:
Posting Komentar