PERKEMBANGAN TEKNOLOGI ZAMAN BATU MUDA DAN BATU BESAR - Kumpulan Materi
Breaking News
Loading...
Sabtu, 18 Agustus 2012

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI ZAMAN BATU MUDA DAN BATU BESAR

08.30

Revolusi kebudayaan zaman batu terjadi pada zaman muda atau neoliticum. Pada zaman ini kemahiran membuat alat – alat dari batu sudah menunjukkan teknik yang sangat tinggi. Tradisi ini kemahiran membuat alat – alat dari batu sudah menunjukkan teknik yang sangat tinggi. Tradisi mengupam alat – alat batu telah dikenal luas dikalangan penduduk kepulauan Indonesia. Bukti – bukti penemuannya memperlihatkan tingkatan kronologis serta hubungannya dengan daratan Asia Tenggara dan Asia Timur.

Alat – alat yang pada umumnya diasah (diupam) adalah beliung dan kapak batu, dan di beberapa tempat pengupaman juga dilakukan pada mata panah dan mata tombak. Beliung dan kapa batu ditemukan tersebar di seluruh kepulauan dan sering kali dianggap  sebagai petunjuk umum tentang masa bercocok tanam di Indonesia. Selain kedua macam alat tadi, dalam masa berococok tanam dihasilkan pula alat – alat obsidian dan mata panah yang digunakan sebagai alat berburu dalam masa bercocok tanam ini, dan benda – benda seperti alat pemukul kulit kayu dan perhiasan.

Beliung Persegi
Hasil budaya zaman batu baru yang paling terkenal di Indonesia beliung persegi. Daerah penemuannya meliputi hampir seluruh kepulauan Indonesia, terutama di bagian barat. Di luar Indonesia alat –ala  semacam ini ditemukan di daerah Malaysia, Filipina, Vietnam, Khimer “Cina Jepang”, Taiwan, Muangthai, dan polinesia.

Sebagian besar bentuk beliung adalah memanjang dengan penampungan melintang persegi. Bagian – bagiannya diumpan halus kecuali tangkainya. Tajamnya dibuat mengasah bagian ujung permukaan bawah landai ke arah pinggir ujung permukaan atas. Dengan demikian akan diperleh bagian yang sangat tajam. Macam beliung persegi yang paling terkenal adalah belincung, yaitu beliung berpunggung tinggi yang bentuknya ada yang segitiga, segi lima, dan setengah lingkaran. Variasi seperti itu banyak ditemukan di Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Bali. Variasi beliung lainnya adalah:
  1. Beliung bahu sederhana. Tangkai beliung ini bentuknya kasar dan tidak serasi serta simetris seperti pada beliung bahu. Pengumpaman hanya dilakukan pada sebagian permukaan alat terutama bagian yang tajam.
  2. Beliung tangga. Disebut demikian karena bentuknya seperti gigir/bertangga. Caranya dengan memukul – mukul batu berbentuk gigiran. Daerah temuannya ada di Sulawesi dan Cina Selatan.
  3. Beliung atap. Bentuk kedua sisi sampingnya miring ke arah permukaan bawah sehingga membentuk penampang lintang berbentuk trapesium.
  4. Beliung bola. Bentuk kedua sisi sampingnya cekung menyerupai bola. Alat ini banyak ditemukan di Jepang, Taiwan.
  5. Beliung penarah. Bentuk alat ini panjang dengan penampang lintang persegi empat yang sisi – sisinya cembung dan penampang lintangnya hampir budar, tajamnya cekung ke bawah. Jenis ini biasanya berukuran besar dan alat ini ditemukan di Jawa Timur dan Bali.

Kapak Lonjong
Dinamakan kapak lonjong karena bentuk penampangnya lonjong. Diduga perkembangan kapak lonjong jauh tua  dibandingkan kapak persegi. Bukti – bukti strategis telah ditunjukkan oleh T. Harrison dalam ekskavasi yang dilakukan di Gua Niah, Serawak.

Pangkal kapak lonjong bentuknya agak runcing dan melebar pada bagian tajamnya karena diasah darii dua arah sehingga menghasilkan bentuk tajam yang simetris. Inilah yang membedakan kapak lonjong dengan kapa persegi yang tidak memiliki ketajaman yang simetris.

Mengenai bahan yang dipakai pada umumnya adalah batu kali yang berwarna kehitaman seperti kapak – kapak batu yang sampai sekarang masih dipergunakan di Irian. Kadang kapak juga dibuat dari netrit berwarna hijau tua. Kapak lonjong ada yang bentuknya kecil mungkin ini berguna sebagai benda wasiat.

Daerah penemuan kapak lonjong di Indonesia banyak ditemukan di daerah timur seperti Sulawesi, Sangirta laut Flores, Maluku, Leti Tanimbar, dan Irian. Di luar negeri ada Birma, Cina, Machuria, Taiwan, Jepang, Filipina, dan India.
Di negeri Cina dan Jepang tradisi kapak lonjong berkembang pada masa bercocok tanam awal, sedangkan data pertanggalan dari pedalaman Papua Nugini memberi petunjuk waktu 10 ribu tahun. Sampai saat ini Indonesia belum mendapatkan pertanggalan yang pasti tentang tradisi ribu tahun. Sampai saat ini Indonesia belum mendapatkan pertanggalan yang pasti tentang tradisi kapak lonjong. Demikian pula penelitian Arkeologi dan palaeontologi sampai saat ini belum berhasil mengungkapkan kembali pendukung – pendukung tradisi kapak lonjong ini. diperkirakan kapak ini adalah milik bangsa Proto Melayu atau Melayu Tua.

Kebudayaan zaman batu juga mengalami kemajuan yang sangat pesat terutama zaman batu besar atau sering disebut zaman megalithicum. Zaman megalithicum berkembanga pada masa neolithicum. Hasil – hasil  budayanya rata – rata menggunakan batu besar seperti menhir, dolmen, saracophagus, keranda, kubur peti batu, dan arca batu.




Sumber: Sejarah. Drs. Imron (Hlm. 38 – 39)

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

 
Toggle Footer